Ade ingat persis lokasinya kaÂrena terlibat dalam proses penÂcarian dan evakuasi terhadap korÂban pesawat naas itu. “Kami dari Mapala UI yang terdiri dari emÂpat orang yang pertama tiba di loÂkasi,†kata dia saat rapat evaluasi misi pencarian korban Sukhoi di markas Mapala di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgima) UI, Depok, kemarin.
Pusgima yang berlantai dua terÂletak di belakang gerbang kamÂpus. Di sini terdapat ruangan-ruaÂngan yang menjadi sekretariat seÂluruh organisasi kemahasiswaan.
Sekretariat Mapala mudah diÂteÂmukan karena di depannya diÂpaÂsang papan nama. Ruangan yang dijadikan sekretariat berÂukuÂran 3x4 meter. Ruangan itu disekat menjadi dua dengan pemÂbatas leÂmari kayu yang ditaruh di tengah.
Ruangan di sebelah kanan unÂtuk menerima tamu sekaligus penÂÂdaftaran calon anggota. Di sini hanya ada meja dan bangku kayu panjang yang diletakkan di pojok. Sebelah kanan ruangan, biasaÂnya digunakan untuk meÂnerima tamu sekaligus penÂdaftaran bagi calon anggota MaÂpala. Hanya ada meja kayu panjang dan bangku kayu.
Dua unit komputer diletakkan di meja di ruangan sebelahnya. Papan tulis putih (white board) berukuÂran besar dipasang di tembok sebelah kanan. Sejumlah gambar pemandangan alam juga mengÂhiasi dinding ruangan itu.
Ruangan ini penuh sesak saat Ade memaparkan proses penÂcaÂrian dan evakuasi korban Sukhoi. Pesawat buatan Rusia itu hilang kontak saat joy flight Rabu, 9 Mei 2012. Komunikasi terputus seteÂlah pilot meminta izin petugas Air Traffic Control (ATC) di Bandara Soekarno-Hatta untuk menÂuÂrunÂkan ketinggian pesawat ke 6.000 kaki.
Pencarian lewat udara mendaÂpatÂkan gambar puing-puing baÂdan pesawat yang berwarna putih di salah satu tebing di Gunung Salak.
Ketika tersiar kabar Sukhoi hiÂlang kontak, Ade segera mengÂhuÂbungi rekan-rekannya di Mapala UI. “Saya telepon Ketua Mapala yang sekarang untuk meminta agar dicari 3-4 orang agar ikut berÂsama saya ke Gunung Salak. Lantas terkumpul 4 orang termaÂsuk saya dan segera berangkat ke Gunung Salak pada Kamis dini hari,†kata mahasiswa Jurusan Geografi Fakultas MIPA ini.
Selama ini Gunung Salak kerap menjadi lokasi latihan bagi MaÂpala UI. Baik untuk pengÂkaderan anggota baru maupun mengasah keahlian anggota lama.
“Kami hampir paham dan sudah mengenal karakteristik GuÂnung Salak. Makanya ketika ada informasi dimana posisi jatuhnya pesawat, kami membaca navigasi dan langsung bisa menemukan lokasinya,†jelasnya.
Ade dan tiga anggota Mapala UI naik dengan membawa berÂbagai perlengkapan mulai peta, tali, alat-alat rescue serta maÂkaÂnan untuk tiga hari ke depan. NaÂmun bekal itu habis dalam waktu sehari. “Teman-teman dari MaÂrinir kekurangan logistik. Maka kami berbagi saat sudah tiba di lokasi,†kata pria berkulit hitam ini sambil tertawa.
Menurut dia, tim Mapala berÂsama Marinir yang pertama tiba di lokasi jatuhnya Sukhoi pada sekitar pukul 10 hari Jumat (11/5). Di hari kedua pencarian, Ade Cs memutuskan turun karena keÂhabisan logistik. Di lokasi jatuhÂnya pesawat sudah ada tim dari TNI dan Badan SAR Nasional. “Saya harus bergantian dengan tim Mapala UI yang lain untuk membantu di lokasi,†jelasnya.
Hingga akhir terakhir proses evakuasi, ada empat tim dari Mapala UI yang bergantian memÂbantu menurunkan para korban dari Gunung Salak.
Sebenarnya, kata Ade, Mapala UI sudah menugaskan tim kelima untuk berangkat ke Gunung Salak. “Tapi saat tim kelima akan berangkat, Basarnas sudah puÂtusÂkan menutup evakuasi,†jelasnya.
Fariska Aryani, Humas Mapala UI mengatakan tim yang dituÂrunkan sudah mengenal medan di Gunung Salak. Apalagi sebÂeÂlumÂnÂya, Mapala UI pernah ikut meÂlakukan pencarian pesawat Cassa yang juga jatuh pada 2008 lalu. Pesawat itu jauh di puncak dua Gunung Salak dengan ketinggian 4.000 kaki.
“Dibandingkan (evakuasi) CasÂsa, medan pencarian pesawat Sukhoi jauh lebih sulit. Karena kemiringan dan keberadaannya di lembah, membuat kami benar-beÂnar memilih tim yang tepat untuk diterjunkan kesana,†ungkapnya.
Mahasiswi semester V FaÂkultas Psikologi ini melanjutkan, Mapala UI selalu menerjunkan anggotaÂnya dalam misi kemaÂnuÂsiaan. “MiÂsalnya saat tsunami Aceh, gempa bumi di YogyaÂkarta, tsuÂnami di Mentawai samÂpai terakhir bencana Merapi,†terangnya.
Menurut Fariska, organisasi kemahasiswaan ini memiliki keÂgiatan di internal maupun eksterÂnal. Di internal yakni rapat, peÂnyuÂsunan program dan pemÂberian materi kepada anggota.
“Biasanya berupa pengenalan dasar pecinta alam, baÂgaimana membaca navigasi dan peta serta pengetahuan alam. Aplikasinya ketika mereka beÂrada di alam, misalnya naik guÂnung, menyeÂlam, arung jeram. Tapi utamanya adalah naik guÂnung,†terangnya.
Bagi calon anggota Mapala akan mendapat pembekalan biaÂsaÂnya dari para senior selama enam bulan. Dalam rentang wakÂtu itu, calon akan akan dilatih fiÂsikÂÂnya untuk naik gunung setiap dua hingga tiga minggu sekali.
Banjir Penghargaan, Dapat Rp 100 Juta
Mapala UI kebanjiran pengÂharÂgaan karena terlibat dalam pencarian dan evakuasi korban peÂsawat Sukhoi. Kemarin, dua penghargaan diterima orgaÂnisasi mahasiswa pencinta alam itu. Yakni dari Rektor UI dan pemerintah.
Rektor UI Gumilar R SoÂmanÂtri memberikan penghargaan keÂpada Ketua Mapala, MuhamÂmad Izmatullah, di Balai Kirti, Gedung Rektorat UI, Depok. PengÂhargaan itu diberikan seÂbagai bentuk kebanggaan kamÂpus atas mahasiswanya yang terÂlibat dalam misi kemanusiaan.
“Penghargaan ini bukan seÂmata wujud kebanggaan kami kepada warga UI, tetapi juga agar ke depannya Mapala UI bersama organisasi mahasiswa lainnya dapat lebih sigap deÂngan operasi kemanusiaan seÂperti ini,†kata Gumilar.
Menurutnya, di balik keseÂderÂhanaannya Mapala UI meÂmiliki tujuan sangat luhur, yakÂni meÂmupuk kecintaan pada negeri melalui kegiatan di alam bebas.
“Kami tidak pernah menÂduÂga, tapi Mapala yang memiliki solidaritas tinggi atas bimbiÂngan yang baik dari para seÂniorÂnya akhirnya berinisiatif terjun ke lokasi musibah,†ungkapnya.
Kata Gumilar, sebagai orang tua dirinya bangga atas keÂcintaan Mapala UI yang tanpa pamrih kepada semua. “Kami berharap agar Mapala dapat terus berperan dan lebih besar lagi,†pungkasnya.
Di Bandara Halim Perdana Kusuma, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menyerahkan pengÂhargaan kepada Mapala UI.
Penghargaan itu merupakan apresiasi pemerintah kepada tim yang telah bekerja keras menÂcari korban. Menurut Agung, apa yang dilakukan tim SAR bukan hal yang mudah. Butuh koÂmitÂmen yang tinggi dan pantang menyerah. “Saya mÂeÂlihat tim ini mempunyai moÂtivasi yang kuat,†kata Agung.
Sebelumnya, Mapala UI mendapat uang Rp 100 juta dari TNI AL atas kerjasama yang dilakukan dalam mencari korban Sukhoi. Bantuan dana itu untuk mendukung kegiatan Mapala UI.
Ketua Mapala UI Ismatullah terÂkejut atas apa yang diperoÂleh organisasinya. Dia sama seÂkali tiÂdak menyangka misi keÂmaÂnuÂsiaÂan yang dilakukan timÂnya diÂbalas dengan banyak penghargaan.“Ini merupakan satu hal yang tak terduga. Sebab niat awal kami kan membantu, mencoba berkontribusi. Tidak menyangka sampai sejauh ini apresiasinya,†ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.