Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Siap Lunasi Utang Ngajar di Sejumlah Universitas

Ito Sumardi, Setelah Lepas Kursi Kabareskrim

Sabtu, 09 Juli 2011, 08:22 WIB
Siap Lunasi Utang Ngajar di Sejumlah Universitas
Ito Sumardi
RMOL. Senyum ramah khas Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komjen Ito Sumardi tampaknya bakal jarang terlihat di layar kaca. Setelah hampir dua tahun menjabat, Komjen Ito Sumardi akhirnya resmi melepas kursi Kabareskrim.

Posisi Ito digantikan  bekas Ka­polda Metro Jaya Irjen Pol Su­tar­man. Ito diganti karena me­ma­suki masa pensiun 16 Juni lalu. Se­rah terima jabatan Kaba­res­krim yang  dipimpin Kapolri Jen­deral (Pol) Timur Pradopo ber­langsung di Ruang Rapat Utama Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (6/7) lalu.

Apa saja kegiatan yang akan di­lakukan Ito pasca lengser dari posisi Kabareskrim? Kepada Rak­yat Merdeka, Ito bertutur pan­jang lebar mengenai rencananya ke depan. Pria kelahiran Bogor, 17 Juni 1953 ini berniat menjadi pengajar di perguruan tinggi. Ke­si­bu­kan­nya selama menjadi Kaba­res­krim, membuat Ito harus me­nun­da keinginan itu sejak dua tahun terakhir.

“Saya kan masih punya utang untuk mengajar di beberapa uni­versitas. Beberapa universitas me­mang sudah minta saya untuk menjadi pengajar tetap. Sekarang lagi diurus agar saya menjadi do­sen nasional pengajar dari Dik­nas,” tuturnya dengan ekspresi setengah serius.

Tak tanggung-tanggung, Ito tidak hanya mengajar di satu uni­versitas tapi di banyak uni­ver­si­tas. Tawaran mengajar tidak ha­nya datang dari universitas yang ada di Jakarta.

 â€œYang jelas, sudah pasti saya mengajar di Universitas Lang­lang­buana dan Universitas Bha­yang­kara. Saya juga mau mem­bantu Professor Sarlito di Kajian Ilmu Kepolisian Program Pas­ca­sar­jana UI (KIK PPs). Kemudian fo­kus untuk Universitas Padjad­ja­ran sebagai almamater saya. Yang jelas ilmu amaliah dan il­miah akan saya berikan,” dia men­jelasskan kemudian tertawa.

Sebagain orang memilih meng­ha­biskan waktu bersitirahat di masa pensiun, tak begitu dengan Ito. Setelah menghabiskan masa baktinya di kepolisian, bekas Ka­polda Riau memilih me­ngabdikan dirinya ke dalam dunia pendidikan. Baginya, mengab­di­kan diri dalam dunia pendidikan merupakan sebuah kebanggaan. Keinginan itu memang sudah lama dipendamnya. Ketika masa pensiun tiba, Ito pun tak sabar memulai kegiatan barunya seba­gai pengajar.

“Satu kebanggaan bisa me­ngab­­di kepada dunia pendi­dikan, ka­re­na saya bisa menjadi polisi de­ngan pangkat bintang tiga di Kabareskrim karena saya punya ilmu. Ilmu itu diberikan negara dan dibayar negara sejak saya masuk Akabri. Sekarang saya harus membayar kembali kepada negara dengan mengab­dikan diri dalam dunia pendi­dikan,” tuturnya.

Ito yang meraih gelar doktor hu­kum pidana di Universitas Padjajaran Bandung tidak akan meminta bayaran sepeser pun ketika menjadi pengajar nanti. Ito berpendapat, mengajar murni untuk mengabdikan pemikiran dan pengetahuannya kepada ma­hasiswa tanpa perlu dibayar.

“Insya Allah saya tidak akan me­minta bayaran. Menjadi pe­nga­jar gratis merupakan satu kepuasan tersendiri bagi saya. Kalau dikasih honor untuk ngajar saya nggak mau, kalau sebagai narasumber bolehlah saya terima. Boleh dibuktiinlah.” .

‘Belajar sampai hari tua’, be­gitulah mottonya ketika berbicara tentang kecintaannya terhadap dunia pendidikan. Setelah men­dapat embel-embel SH, MBA, MM, dan MH di belakang nama­nya, Ito berencana meleng­kapinya lagi.

“Selain menjadi pengajar, saya juga berencana melengkapi jen­jang pendidikan menjadi guru­besar di salah satu universitas. Saya sudah sejak tahun 2007 menjadi doktor di Unpad, kebe­tulan saya di bidang hukum pidana,” ujarnya.

Setelah menjadi pur­na­wi­ra­wan, tentunya Ito tak lagi men­dapat gaji dari negara. Ito pun me­miliki rencana mencari peng­ha­silan tambahan untuk mem­biayai anak dan istri. Pekerjaan apakah itu? Dia men­ja­wab, ”De­ngan pengetahuan dan pe­nga­laman saya selama ini, saya bisa menjadi advisor atau konsultan.”

Ito yang pernah menjabat se­bagai Kakorsahli Mabes Polri 2008-2009 ini mengatakan, jika ke­lak ada perusahaan yang meng­gunakan jasanya, dia bakal me­no­lak jika diminta membuat hi­tam menjadi putih atau putih men­jadi hitam. Sebab, baginya ke­jujuran merupakan prinsip hi­dup yang tidak bisa ditawar-tawar.

“Saya nggak mau seperti itu. itu prinsip buat saya. Kalau nggak mau, nggak usah pakai jasa saya. Bukan sok idealis ya, tapi mung­kin saya juga ingin hidup tentram. Jangan sampai karena kebutuhan ekonomi, ada perusahaan dengan kekuatan ekonominya ingin menjadikan sesuatu yang salah menjadi benar. Itu yang saya nggak mau,” tandasnya.

Dengan prinsip kejujuran itu pulalah, Ito mengaku, tidak per­nah melakukan perbuatan me­nyimpang selama menjadi Kaba­reskrim. “Alhamdulillah saya tidak merasakan ada sesuatu yang sangat signifikan dalam ekonomi saya. Tapi saya tetap men­syu­kurinya.”

Wariskan Kasus Surat Palsu MK dan Nazaruddin

Irjen Pol Sutarman resmi meng­gantikan Komjen Pol Ito Sumardi sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. Komjen Ito mengandalkan Irjen Sutarman untuk menye­lesaikan kasus yang tengah ditangani Ba­reskrim, seperti kasus surat pal­su Mahkamah Konstitusi dan kasus Mu­ham­mad Nazaruddin.

“Masalah laporan surat MK, kita sudah periksa 15 orang, su­dah tetapkan satu tersangka. Ke depan akan dipelajari secara cer­mat oleh Kabareskrim yang baru,” ujar Komjen Ito Sumardi usai acara sertijab Kabareskrim di Rupatama, Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, beberapa hari lalu.

Ito menuturkan, pihaknya su­dah melakukan langkah-lang­kah hukum sesuai fakta-fakta yang ditemukan. Menu­rutnya. jangan sampai polisi meng­hu­kum seeseorang sebelum me­ne­mukan fakta.

“Sebagai penyidik kita harus mengedepankan asas praduga tak bersalah. Dalam pe­nanga­nan kasus-kasus ten­tunya tidak mungkin disampaikan ke­pada publik secara detail.”

Mengenai kasus Nazaruddin, Ito mengaku hingga saat ini dia be­lum tahu dimana keberadaan mantan Bendahara Umum Par­tai Demokrat tersebut. Ito juga belum mendapat pem­be­ri­ta­hu­an dari kepolisian Singapura bah­wa Nazaruddin sudah tidak ada di Singapura.

“Sampai saat ini belum tahu. Nanti Pak Tarman akan kenda­likan secara langsung. Tim yang berangkat jadi bagian dari KPK,” jelasnya.

Ito sendiri mengaku dekat dengan Sutarman. Dia memiliki sejarah karir yang sama dengan Su­tarman. “Pertama sejarah, kar­­ena saya dulu pernah jadi Ka­poltabes Surabaya. Pak Tar­man pernah jadi Kapol­tabes Su­rabaya. Jadi, mantan kapoltabes digantikan mantan kapoltabes,” tuturnya.

Ito juga berharap, Irjen Pol Su­tarman betul-betul bisa me­laksanakan apa yang menjadi kebijakan Kapolri Timur Pra­dopo. Sosok Kapolri yang se­der­hana, tidak pernah mem­be­bani apa pun terhadap ang­go­ta­nya  harus dibayar dengan ki­nerja yang optimal.

“Kapolri yang sekarang ini terus terang saja saya sangat hor­mat dan respek sama beliau. Karena beliau ini orangnya nor­matif, dan  tidak pernah mem­be­bani apa-apa kepada anggota. Dengan itu semua kita harus membayar dengan kinerja yang betul-betul bisa membawa Polri menjadi institusi yang diper­caya masyarakat,” ujarnya.

Lebih lanjut Ito menilai, Su­tar­man memiliki segalanya un­tuk menjadi seorang Ka­ba­res­krim. Sekalipun begitu, Ito akan tetap menga­ma­ti kinerja Sutar­man ke de­pan­nya dengan mem­berikan ma­­sukan-masukan po­sitif untuk kemajuan Polri.

“Saya juga akan mengi­ngat­kan kalau ada hal-hal mungkin yang kurang pas. Soal beliau mau dengar atau tidak terserah. Tapi kewa­jiban saya sebagai mantan Ka­bareskrim dan senior mengi­ngatkan beliau, kalau ada yang nggak pas.”   [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA