Tiap tahun, mahasiswa univerÂsiÂtas itu menggelar aksi tabur buÂnga untuk memperingati tragedi 12 Mei 1998. Tiap tahun juga meÂreka mendesak pemerintah untuk menuntaskan kasus itu. Tapi hingÂga kini belum membuahkan hasil.
Melihat hal inilah, Ketua Umum Pengurus Besar HimÂpunÂan Mahasiswa Islam (PB HMI) Noer Fajrieansyah meminta PreÂsiden SBY turun tangan untuk meÂÂnuntaskan tragedi tersebut.
“Presiden harus tegas untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM ini. Jangan dibiarkan berÂlarut begitu saja. Ini akan menjadi catatan sejarah yang kelam,’’ ujar Noer Fajrieansyah, kepada
RakÂyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Pemerintah, lanjutnya, jangan menutup-nutupi fakta sejarah. Masyarakat perlu tahu siapa aktor di balik meninggalnya empat maÂhasiswa tersebut.
â€Siapa saja yang terlibat dalam tragedi itu, hendaknya dibuka ke publik dan diproses secara huÂkum. Kalau pemerintah gagal memÂbukanya, berarti tidak meÂmiliki itikad baik untuk meÂnyeÂlesaikan kasus itu. Ini berarti otak tragedi itu benar-benar sakti, nggak bisa disentuh,†ungkapnya.
Berikut kutipan selengkapnya;Pemerintah sudah sering berjanji untuk menuntaskan kaÂsus ini, tapi hingga kini belum memÂbuahkan hasil, bagaimana koÂmentar Anda? Ini tentunya menyedihkan. Masa sudah 13 tahun, kasusnya tidak terungkap. Padahal, perÂjuangÂan mahasiswa ketika itu meÂruÂpakan awal reformasi. Tapi saÂngat disayangkan, kenapa kasus penembakan empat mahasiswa itu belum tuntas sampai saat ini. PaÂdahal, Presiden sudah meÂnyamÂpaikan akan menuntaskan kasus pelanggaran HAM itu.
Apa memang seperti ini skeÂnaÂrio pemerintah?Saat ini Indonesia bukan pada maÂsa transisi demokrasi, tetapi sudah masuk tahap going deÂmokÂrasi, sehingga saya melihat peÂmeÂrintah memiliki dua opsi.
PerÂtama, mengubur dan meÂnengÂgeÂlamkan kasus-kasus peÂlangÂgaran HAM, sehingga meÂnimÂbulkan efek sosial yang saÂngat panjang.
Kedua, menunÂtasÂkan kasus ini sampai akar-akarnya.
Pilihan mana yang sebaiknya diÂambil pemerintah?Saya rasa menuntaskan kasus ini. Jangan dibiarkan berlarut, ini menjadi catatan kelam.
Sebab, ini kasus pelanggaran HAM yang disorot dunia inÂterÂnasional.
Kalau dituntaskan kasus ini bisa menyeret berbagai institusi, baÂrangkali itu yang dikhaÂwaÂtirkan pemerintah?Memang dalam kasus pelangÂgaran HAM ini banyak pihak yang terlibat, termasuk petinggi inÂstitusi aparat. Beberapa purÂnawirawan jenderal itu ada yang aktif di partai politik. Tapi, peÂmeÂrintah seharusnya bertindak teÂgas. Tidak perlu ragu-ragu deÂngan berbagai pertimbangan. SeÂmua yang terlibat diproses secara hukum.
Artinya, aparat hukum harus meÂnangkap siapa saja yang terlibat?Saya kira begitu. Sebab, masih banyak yang belum terusut.
Bisa disebutkan siapa antara lain?Saya kira semuanya sudah teÂrang benderang. Siapa saja yang perlu diproses secara hukum, terÂutaÂma dari oknum jenderal TNI dan Polri. Pemerintah sudah tahu orang-orangnya dan aktor inÂteÂlekÂtualnya. Makanya perlu diÂungkap peran purnawirawan jenÂdeÂral itu. Kami berharap Presiden seÂbagai panglima tertinggi untuk menyeÂlesaikan tragedi berdarah ini.
Masalahnya orang-orang yang diduga terlibat dalam kasus ini mÂaÂsih memiliki kekuatan politik dan kekuasaan, barangkali ini yang menjadi pertimbangan pemerintah?Seorang negarawan tidak akan terpengaruh dengan kedekatan atau segala macam kepentingan poÂlitik. Presiden SBY harus meÂngusut tuntas kasus ini. Saya yaÂkin beliau mampu menunÂtasÂkanÂnya. Tapi dengan catatan ada itiÂkad baik untuk itu.
Bagaimana dengan kasus MuÂnir? Kami berharap semua kasus pelanggaran HAM dan pengÂhiÂlangan nyawa seseorang, itu haÂrus diusut tuntas.
Kenapa HMI begitu perhatian terhadap kasus pelanggaran HAM?Bagi HMI, bukan hanya kasus peÂlanggaran HAM saja yang menÂjadi perhatian kami. Tapi juga masalah korupsi, ini masalah serius. Kalau pelanggar HAM terÂkait dengan kekerasan fisik. Kalau koruptor membuat miskin negara ini.
Untuk itu, kasus pelanggar HAM dan kasus korupsi harus diungkap semuanya. Tidak ada terkecuali, tidak ada istilah teÂbang pilih.
Kasus korupsi dari dulu sudah diÂperangi, berbagai badan huÂkum dibentuk, tapi semakin subur saja, ini ada apa?Ini terjadi gara-gara sanksi huÂkuman para koruptor itu terlalu riÂngan. Kalau menurut saya perlu huÂkuman yang berat, seperti di China, koruptor dihukum ganÂtung. Indonesia harus bisa meniru hukuam berat seperti itu.
Anda ingin mengatakan bahwa koÂruptor itu sebagai pelanggar HAM yang berat, sehingga wajar dÂihukum gantung?Betul. Sudah saatnya bangsa ini menyatakan bahwa korupsi adalah pelanggaran HAM berat, sehingga harus dihukum seberat-beratnya.
Dengan cara inilah ada efek jera. Kalau sekarang ini, koÂruptor malah dihukum ringan. Ini yang keliru.
[RM]
BERITA TERKAIT: