WAWANCARA

Umar Abduh: Tujuannya Mendepak Panji Gumilang dan Menarik Aset Yayasan Al Zaytun

Selasa, 10 Mei 2011, 06:39 WIB
Umar Abduh: Tujuannya Mendepak Panji Gumilang dan Menarik Aset Yayasan Al Zaytun
Umar Abduh
RMOL. Pemerintah diminta bersikap tegas terhadap keberadaan Negara Islam Indonesia (NII). Sebab, organisasi ini merupakan negara dalam negara.
 
“Kalau NII tidak ditindak, berarti ini adalah anaknya NKRI. Tetapi kalau NKRI tidak menga­kui NII sebagai anak, berarti NII itu adalah anak haram,” ujar pe­ne­liti masalah terorisme, Umar Abduh, kepada Rak­yat Merdeka, belum lama ini.

Ada kesan, lan­jut­nya, peme­rin­tah tidak serius menyelesaikan kasus NII. Sebab, belum ada tin­dakan konkrit. Ini terjadi karena kepentingan pe­merintah tidak terganggu.

“Saya yakin kasus ini tidak se­lesai, kecuali me­mang dilaku­kan secara ber­sama-sama. Se­buah rekonsiliasi bisa dila­ku­kan bila melibatkan semua pi­hak,” ung­kapnya.

Terkait dengan desakan untuk menangkap Panji Gumilang, Umar berpendapat, sebenarnya itu mudah dilakukan. Cari infor­masi dari anggota NII. Kemudian lakukan penggeledahan data-data yang terkait NII.

Berikut kutipan selengkapnya;

NII sekarang ini merupakan metamorfosis NII yang asli?
NII yang asli itu tidak koope­ratif dengan pemerintah. Jadi ka­lau NII mau bekerja sama dengan pemerintah, itu namanya neo-NII. Sedangkan neo-NII ini ada 12 faksi.
 
Bagaimana dengan NII KW9?
Setiap anggota NII yang asli itu punya semangat untuk melawan dan pasti ada hubungannya dengan senjata dan senjata itu adalah sumber militansi. Yang menjadikan kita militan adalah karena mereka memegang sen­jata. Pernah berlatih itu untuk mem­pertahankan militansi me­reka. Kalau tidak ada senjatanya itu namanya menipu, cari duit. NII sekarang tidak militan lagi karena senjatanya sudah ditarik. Saya tidak tahu ditaruh di mana.

Bagaimana peran Abu Toto?
Abu Toto ini pernah ditugaskan ke Sabah, tahun 90-an, untuk me­menangkan AMNO. Dari sini dibawa ratusan ribu orang NII untuk menjadi voter untuk me­nga­lahkan Datuk Pairin Kitingan pada saat itu. Itu kerja sama intelijen Indonesia dengan peme­rintah kerajaan Malaysia.

Karena itu, pemerintah keraja­an Malaysia banyak membantu Al Zaitun. Sebab, Abu Toto sudah dikenal oleh kerajaan Malaysia karena membantu menum­bang­kan Datuk Pairin Kitingan. Ban­tuan kerajaan Malaysia ini dalam pendidikan dan mengirim­kan siswa-siswanya ke Al-Zaitun. Tentu memberikan juga duku­ngan secara politis. Anggota NII itu ada juga di Malaysia. Yayasan Pesantren Indonesia sebagai covernya.

Apa benar akan ada bebe­rapa menteri eks NII akan melapor?
Saya melihat ini ada settingan, karena mereka dijanjikan bisa meng­ambil alih aset. Mereka akan memberikan data-data, nanti di follow up oleh Polri. Ini dilakukan untuk menyelamatkan aset Al Zaitun. Pada prinsipnya, NII yes, Al Zaitun yes, Panji Gumilang no. Tujuannya hanya mendepak Panji Gumilang dan menarik asset Yayasan Al Zaitun.

Apa setelah itu sudah selesai?
Saya kira tidak, NII terus ber­jalan dalam bentuk yang lain.

Bukannya mereka sudah ke­luar dari NII?
Mereka masih NII, tetapi ke­luar dari Abu Toto. Kemudian masuk ke NII yang lain. Tujuan mereka mengambil alih aset karena sudah habis-habisan. Ada yang me­nyum­bangkan satu kilo emas, dua kilo emas, dan duit ratu­san juta. Mereka tidak ingin sia-sia. Aset itu harus jadi milik mereka. Makanya merayu peme­rintah untuk meng­ambil aset itu.  [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA