Bukannya menjelaskan soal bencana di Sumatera Bagian Utara yang baru saja terjadi, ia malah membahas masalah penambahan anggaran.
Agaknya Menteri Kehutanan yang juga Sekjen PSI ini hadir di tempat dan waktu yang salah.
Wajar saja jadi samsak kemarahan wakil rakyat, sebagai penjelmaan penderitaan rakyat yang baru saja didera bencana besar akibat kerusakan hutan.
Sebelum dimarahi rakyat ada kesempatan pula untuk memarahi menteri asal PSI.
Kita jadi ingat Ketua Harian PSI, Ahmad Ali, yang akan menghabisi semua partai yang menghalangi PSI jadi pemenang pada Pemilu nanti.
Ternyata, Sekjennya yang terlebih dahulu dihabisi partai-partai yang punya kursi di DPR. Bagaimana pula ia membelanya? Bencana akibat kerusakan hutan, Menteri Kehutanannya dari kita pula?
Raja Juli Antoni sendiri pasrah kalau akhirnya akan direshuffle Presiden. Apa boleh buat? Memang harus ada yang direlakan.
Bukti Presiden juga melakukan evaluasi terhadap kinerja Menterinya atas situasi yang terjadi. "Jabatan adalah amanah dan milik Allah," kata Raja Juli benar-benar pasrah menunggu nasib.
Kalau kemarin masih bisa selamat saat tertangkap kamera main domino dengan salah seorang yang dulunya pembalak liar, kini tak bisa lagi.
Bencana banjir yang menyeret kayu-kayu gelondongan dari hutan ke sungai dan pantai itu adalah audit forensik sekaligus audit investigasi yang tak bisa dielakkan lagi.
Seberapa pemberaninya Ahmad Ali pasang badan buat PSI, Jokowi, dan Raja Juli, khusus untuk kasus ini tak bisa lagi dibela. Lebih baik tiarap saja daripada ikut bersuara.
Jadi menteri, tapi tak punya anggota DPR, itulah kemalangan. Kesempatan juga bagi partai-partai menghabisi PSI lewat Raja Juli.
Kalau tak saat ini, kapan lagi? Mumpung Ahmad Ali lagi bersemedi.
ErizalDirektur ABC Riset & Consulting
BERITA TERKAIT: