< br />Menurut operator jaringan listrik nasional Spanyol, Red Eléctrica de España (REE) gangguan awal terjadi di dua gardu induk utama di Extremadure yang kemudian menyebabkan pemadaman listrik yang meluas ke seluruh semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) dan sebagian kecil Prancis.
Akibat gangguan selama lima detik yang membuat kegagalan menstabilkan frekuensi di Extremadure itu membuat Spanyol kehilangan seketika 15 GW kapasitas pembangkitnya atau, setara dengan 60% dari permintaan listrik nasionalnya. Akibat kehilangan pasokan listrik skala besar secara mendadak membuat pembangkitan yang tersisa tidak cukup untuk memenuhi permintaan dan kemudian memicu kegagalan berjenjang (cascading failure) pada seluruh jaringan di seluruh Spanyol.
Dampak dari pemadaman ini diperkirakan lebih dari 50 juta orang kehilangan aliran listrik. Listrik padam ini dimulai sekitar pukul 12:33 waktu setempat yang kemudian dapat dipulihkan secara bertahap setelah Spanyol mendapatkan pasokan listrik dari Maroko dan Perancis. Aragón-Cataluña dan Galicia-León menjadi yang pertama terhubung kembali ke jaringan utama hingga akhirnya jsaringan listrik kemudian pulih kembali 23 jam kemudian.
Banyak ahli mengatakan bahwa padam total ini karena penetrasi energi terbarukan (PLTS dan PLTB) yang sangat besar di sistem ketenagalistrikan di Iberia dimana PLTS memasok 60 persennya. Para ahli itu juga menjelaskan ketergantungan pada energi terbarukan yang “weather dependent” mengurangi inersia (inertia) sistem ketenagalistrikan yang biasanya diilakukan oleh pembangkit berbahan bakar fosil. Peristiwa gagal pasok ini memperlihatkan adanya interaksi kompleks antara integrasi energi terbarukan, keterbatasan infrastruktur jaringan, dan desain pasar.
Pada dasarnya pembangkit tenaga angin dan matahari dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap jaringan listrik modern yang besar. Dengan kelebihan modularitas dan biaya marjinal yang rendah, energi terbarukan ini memiliki kekurangan yang lain yakni intermitensi (intemittency), memerlukan lahan yang besar, dan juga persyaratan transmisi yang kompleks akibat ketidakstabilan pasokan.
Saat ini sebagian PLTS dan PLTB yang beroperasi saat ini menggunakan peralatan yang lebih sederhana yang rentan terhadap perubahan frekuensi yang tidak terduga dan tidak menyediakan putaran atau inersia yang dapat mengimbangi fluktuasi frekuensi jaringan.
Inersia jaringan adalah kemampuan sistem tenaga listrik untuk menahan perubahan frekuensi secara tiba-tiba akibat gangguan (misalnya pemadaman pembangkit mendadak atau lonjakan beban) dimana PLTS dan PLTB adalah pembangkit yang tidak memiliki inersia. Inersia merupakan "penyangga" alami sistem listrik yang dimiliki oleh pembangkit konvensional dikarenakan turbin besar terus berputar dan menyimpan energi kinetik yang menjaga kestabilan sistem ketenagalistrikan. Tanpa itu, gangguan kecil bisa menjadi masalah besar dengan cepat.
Spanyol merupakan salah satu negara yang mempromosikan energi terbarukan, khususnya tenaga surya. Pemerintah Spanyol memperkenalkan insentif dan menjanjikan tarif tetap untuk jangka panjang untuk menarik investor, yang kemudian menyebabkan pertumbuhan tenaga surya yang signifikan. Lebih dari 66.000 keluarga dan investor manca negara ikut terlibat dalam investasi pada sektor energi terbarukan ini.
Namun krisis keuangan global 2008 membuat Spanyol mengalami resesi besar dan defisit anggaran publik yang tajam yang memaksa pemerintah untuk memangkas pengeluaran, menstabilkan keuangan negara dan kemudian mendorong pemerintah Spanyol untuk mengevaluasi kembali kebijakan energi terbarukannya.
Spanyol kemudian melakukan kebijakan penghematan ekonomi (austerity) dan melakukan perubahan regulasi yang berdampak serius pada investor energi surya (PLTS). Pemerintah Spanyol mengurangi insentif listrik energi terbarukan (feed-in tariff), memperkenalkan pajak baru, dan memberlakukan pembatasan produksi energi terbarukan. Perubahan-perubahan ini dianggap berlaku surut dan melanggar komitmen Spanyol berdasarkan berbagai perjanjian investasi internasional.
Hasil dari perubahan regulasi itu adalah kemudian Spanyol banjir gugatan arbitrase internasional dari para investor yang telah membangun energi terbarukan, khususnya selang waktu antara tahun 2010 hingga 2014. Investor merasa dirugikan, karena perubahan dilakukan secara retroaktif dan melanggar legitimate expectations yang membuat biaya pemulihan biaya (reasonable return) dari investor terganggu. Gugatan ini sebagian besar diajukan berdasarkan Energy Charter Treaty (ECT), yang dirancang untuk melindungi investasi di sektor energi.
Akibat perubahan kebijakan tersebut sebanyak 49 gugatan arbitrase diajukan oleh investor terhadap Spanyol yang kemudian dikenal dengan “Spanish Saga”. Banjir gugatan arbitrase ini membuat Spanyol masuk kedalam tiga besar negara yang banyak digugat pada pengadilan arbitrase selain Rusia dan Venezuela. Sebagian besar kasus telah diselesaikan melalui Pusat Internasional untuk Penyelesaian Sengketa Investasi di Washington DC yang didukung oleh Bank Dunia (ICSID), dimana 70 persen kasus tersebut Spanyol mengalami kekalahan.
Pada awalnya Spanyol menarik investasi besar-besaran ke sektor energi terbarukan dengan menawarkan skema insentif yang menguntungkan, seperti feed-in tariff (FiT) melalui Royal Decree 436/2004, Maret 2004 yang kemudian digantikan oleh Royal Decree 661/2007, Mei 2007. Skema ini menjanjikan tarif tetap untuk jangka panjang, memberikan kepastian bagi investor dengan tarif listrik sebesar 23 - 44 sen EUR per kWh, dan untuk sistem atap sebesar 34 sen/KWh.
Insentif PLTS atap ini akhirnya membuat rakyat Spanyol berbondong-bondong membuat PLTS dirumahnya, menjualnya ke pemasok listrik setempat (grid-tied system), dan akhirnya menjadi bagian penting dari sistem ketenagalistrikan di Spanyol.
Peristiwa listrik padam di Spanyol akan menyulitkan negara tersebut untuk mencapai target emisi minim (zero emission) pada tahun 2045. Betapa tidak, untuk mencapai target tersebut Spanyol masih memerlukan biaya sebesar $60 miliar yang akan dibelanjakan guna mengakomodasi energi terbarukan. Ini bukan jumlah yang kecil dan persoalannya adalah dengan reputasi Spanyol dalam investasi ketenagalistrikan yang buruk tentunya negara itu kehilangan kepercayaan para investor untuk berinvestasi di Spanyol.
Jaringan Operator Sistem Transmisi Listrik Eropa (ENTSO-E) telah memperingatkan bahwa Spanyol dapat menghadapi risiko pemadaman listrik yang lebih tinggi bertepatan dengan rencana penutupan pembangkit listrik tenaga nuklir Almaraz pada tahun 2027 dan 2028 nanti.
Transisi energi menggunakan energi terbarukan membutuhkan sistem jaringan yang handal (reliable) dan itu membutuhkan investasi yang sangat besar, dan karenanya Spanyol harus memilih antara Renewable atau Reliable. Tanpa investasi dan peremajaan di jaringan transmisi (power grid system), gelap di semenanjung Iberia mungkin akan menjadi “New Normal”.
*Penulis aktif di Energy Investment & PPP Specialist - ENRI Indonesia.
BERITA TERKAIT: