Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Depresi Nilai Tukar Rupiah

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dr-ir-sugiyono-msi-5'>DR. IR. SUGIYONO, MSI</a>
OLEH: DR. IR. SUGIYONO, MSI
  • Selasa, 18 Juni 2024, 11:26 WIB
Depresi Nilai Tukar Rupiah
Ilustrasi/Net
DATA nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menunjukkan sebesar Rp16.406,89 per tanggal 16 Juni 2024 pukul 16.00 UTC berdasarkan informasi dari Refinity pada perkembangan mata uang pada MSN Money.

Nilai tukar tersebut tercatat sebagai yang terendah selama periode tahun 2012-2024. Meskipun demikian, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidaklah seburuk dibandingkan depresiasi dari Rp4.650 pada akhir tahun 1997 menjadi Rp7.300 pada akhir bulan November 1998 di Indonesia. Depresiasi tersebut ketika itu sebagai akibat dari krisis moneter.

Krisis moneter yang berlarut-larut, kemudian menimbulkan krisis ekonomi, yaitu ketika nilai tukar rupiah terdepresiasi ke Rp16.800 per dolar AS pada pertengahan tahun 1998. Artinya, depresiasi nilai tukar rupiah per 16 Juni 2024 dibandingkan Rp8.980 per dolar AS pada tanggal 31 Januari 2012, yakni terdepresiasi sebesar 82,69 persen selama 10 tahun terakhir.

Besar depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS itu tidaklah seburuk dibandingkan guncangan krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1998 tersebut di atas, yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi sebesar 261,29 persen dalam waktu setengah tahun.

Walaupun berbeda besar guncangan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, namun depresiasi menjadi Rp 16.400 per dolar AS sudah menimbulkan kekhawatiran.

Kekhawatiran kegiatan spekulasi perdagangan mata uang valuta asing atas sentimen negatif, berupa isu berita dari Bloomberg atas ulasan Morgan Stanley bahwa Presiden terpilih Prabowo Subianto dimungkinkan berpotensi akan memperbesar rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dinaikkan menjadi 50 persen dalam 5 tahun mendatang masa pemerintahannya dari rasio utang yang sebesar 39 persen.

Sentimen negatif dipicu atas catatan pada debat Pilpres, dimana kesan itu berhasil mengguncang pasar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sentimen negatif, yang ditafsirkan oleh analisis dari Morgan Stanley akan berpengaruh terhadap melemahnya nilai harga saham yang diperdagangkan pada bursa pasar modal.

Sentimen negatif yang terjadi menjelang libur besar peringatan Idul Adha. Peringatan hari besar keagamaan dan libur bersama, yang berlangsung dari hari Minggu tanggal 16 hingga 18 juni 2024. Keberagaman tafsir penentuan hari peringatan Idul Adha, membuat acara peringatan tersebut dirayakan pada tanggal yang berbeda.

Model guncangan sentimen negatif yang seperti itu bukanlah merupakan model yang baru. Pada tahun 2008 juga terjadi sebagai pengulangan. Ketika itu terjadi capital outflows dalam jumlah yang relatif besar terjadi menjelang hari libur besar, sehingga Bank Indonesia terkesan tidak mudah dalam melakukan intervensi ke pasar perdagangan mata uang, termasuk dalam melakukan intervensi ke pasar mata uang valuta asing non-delivery forward.

Peristiwa krisis moneter selama pertengahan tahun 1996-1997 dan guncangan berlanjut menjadi krisis ekonomi di Indonesia pada pertengahan tahun 1998 merupakan guncangan nilai tukar yang berulang.

Selain berulang juga terjadi dipicu diawali dari serangan guncangan nilai tukar bath terhadap dolar AS, yang menyerang dan meluas ke beberapa pasar mata uang negara-negara yang mengalami persoalan fundamental perekonomian dan sekaligus menjadi masalah politik.

Guncangan di pasar nilai tukar juga terjadi pada tahun 2008 di atas. Guncangan mata uang, yang merupakan serangan spekulatif tercatat pernah menyerang ke berbagai pasar mata uang di negara-negara maju, seperti Inggris.

Guncangan sentimen negatif di pasar perdagangan valuta asing, yang secara cepat berpengaruh dari perdagangan harga saham di pasar modal tercatat telah menimbulkan guncangan capital outflows. Peristiwa pergerakan perubahan dari capital inflows diikuti oleh capital outflows mempunyai implikasi berupa gerakan seperti menggergaji perekonomian, atas konsekuensi dari spekulasi di pasar perdagangan nilai tukar mata uang asing.

Sedemikian hebat guncangan-guncangan spekulatif tersebut, yang dalam kegiatan pada sektor pertanian bagaikan peristiwa rombongan perburuan codot kelelawar hitam pemakan buah di musim panen keranuman buah sebagai perburuan di malam hari, ketika musim panen buah telah tiba.

Peristiwa perburuan codot pada waktu musim panen buah telah tiba, ternyata juga merupakan kegiatan spekulasi pada perdagangan pasar valuta asing, yang dapat mengguncang membesar menjadi krisis moneter dan krisis ekonomi di atas.

Krisis perburuan terhadap informasi terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan perekonomian global, kemudian ditafsirkan sebagai informasi lokasi perburuan kemakmuran telah tiba.

Di tengah intrik guncangan pelemahan kepercayaan terhadap kepemimpinan nasional, maka aspek spekulasi di pasar valuta asing dan direspons oleh mobilitas di pasar modal, serta mobilitas di pasar obligasi atas sinyal informasi perubahan kebijakan suku bunga bank-bank sentral berbagai negara.

Mekanisme transmisi perdagangan diantara indikator penghubung antar pasar-pasar perekonomian tersebut, itu telah menjadi sumber keberkahan keuntungan jangka pendek bagaikan peristiwa rombongan codot pemakan buah di musim panen telah tiba.

Keberadaan bank sentral sebagai penjaga akhir kebijakan moneter (lender of the last resort), telah terkondisikan untuk terjadi skenario melakukan intervensi di pasar valuta asing guna menjamin stabilitas moneter.

Fenomena penjagaan ini berpotensi menggergaji perekonomian atas nama menjaga stabilitas nilai tukar mata uang dan inflasi sebagai aspek fundamental dari sisi kebijakan moneter.

Mekanisme guncangan-guncangan moneter, yang tercatat pernah menimbulkan krisis moneter pada pertengahan 1996-1997 dan berlanjut hingga krisis perekonomian tahun 1998, yang menjadi krisis multidimensi, maupun krisis di pasar mortgage pasar perumahan tahun 2008 atas picuan pasar perdagangan valuta asing.

Maupun guncangan yang menimbulkan krisis perdagangan komoditas minyak mentah atas pemicuan pergerakan geopolitik perang bilateral, itu sebenarnya dan seharusnya bukanlah suatu momentum insiden yang baru.

Demikian pula dengan peristiwa pandemi Covid mulai akhir tahun 2019-2023, yang menimbulkan utang pemerintah pusat Indonesia menjadi bertumpuk segunung, selain banyaknya korban manusia meninggal dunia.

Dinamika mekanisme transmisi antar pasar tersebut di atas, kiranya menjadi pelajaran berharga sebagai tantangan aktual dan masa depan untuk direspons secara lebih cepat, tepat, dan tanggap. rmol news logo article

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Pengajar Universitas Mercu Buana
EDITOR: DIKI TRIANTO

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA