Hanya dalam hitungan hari dan jam, pemerintah di tingkat eselon satu dan presiden meresponsnya dengan menyajikan data bahwa hilirisasi nikel memberikan manfaat yang besar, yakni menggunakan pendekatan perkembangan peningkatan nilai tambah antar periode waktu.
Pemerintah menggunakan cara berpikir evaluasi antara periode sebelum hilirisasi dibandingkan sesudah hilirisasi nikel, yang menunjukkan adanya peningkatan nilai tambah.
Ekonom yang lainnya menganalisis manfaat hilirisasi nikel menggunakan metoda membandingkan antara periode mengekspor produk nikel dibandingkan dengan apabila diberlakukan pelarangan ekspor nikel (
autarky).
Metode ekonom yang seperti ini lazim digunakan dalam ilmu perdagangan internasional untuk menilai manfaat atas pemberlakuan perdagangan internasional menggunakan sistem perekonomian terbuka dibandingkan menutup perdagangan lintas negara, yang melarang kegiatan ekspor dan impor.
Penemuan tentang manfaat secara parsial dari pembangunan nasional pada kasus komoditas, yang ditafsirkan lebih dinikmati oleh pelaku investor asing di Indonseia kemudian bagaikan gayung bersambut direspons secara bersemangat oleh oposisi nonparlemen.
Perbedaan manfaat tersebut diyakini oleh oposisi nonparlemen menguatkan keyakinan bahwa pemerintah perlu segera dimakzulkan dalam sebulan ke depan, karena hasil pembangunan pertambangan mineral batubara untuk contoh kasus komoditas nikel semakin diyakininya lebih menguntungkan negara lain sebagai investor smelter di Indonesia.
Oposisi nonparlemen juga meyakini tentang rumor ijazah palsu dan propaganda Pinokio berhidung semakin panjang sebagai suatu realita kebenaran di dunia nyata.
Ekonom N. Gregory Mankiw menulis bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah pendapatan setiap orang dalam perekonomian. Cara lainnya, PDB adalah jumlah pengeluaran
output perekonomian barang dan jasa.
Selanjutnya, Mankiw menulis bahwa Pendapatan Nasional Bruto (PNB) sebagai PDB ditambah pembayaran pendapatan (upah, keuntungan, dan sewa) dari luar negeri dikurangi dengan pembayaran pendapatan kepada negara lain.
Definisi PNB inilah kemudian dapat digunakan untuk menilai perkembangan besar manfaat dari pembangunan nasional secara agregat atas konsekuensi keterlibatan investor penanaman modal asing (PMA).
Data bersumber dari BPS menunjukkan bahwa PNB Indonesia harga berlaku meningkat dari Rp14,4 ribu triliun tahun 2018 menjadi Rp19 ribu triliun tahun 2022. PDB Indonesia harga berlaku juga meningkat dari Rp14,8 ribu triliun tahun 2018 menjadi Rp19,6 ribu triliun tahun 2022.
Artinya, secara agregat terbukti bahwa karya pembangunan nasional lebih bermanfaat untuk bangsa dan rakyat Indonesia dibandingkan terhadap manfaat yang diterima oleh PMA.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef); Pengajar Universitas Mercu Buana
BERITA TERKAIT: