Ketika KPU mengumumkan bahwa Bapak terpilih menjadi Presiden RI ke-7, segala macam citra baik pun Bapak tampilkan dari mulai perampingan kabinet hingga kebijakan ngawur dari kementerian bapak yang sok sederhana (padahal amburadul) dengan mengatakan tak boleh rapat instansi pemerintah menggunakan hotel dan lain sebagainya hingga pada akhirnya hanya tinggal pencitraan saja. Pertanyaan berikutnya, apa manfaatnya bagi kesehjateraan kami?
Masalah berikutnya adalah saat Bapak berjanji takkan menaikkan harga BBM dan TDL, kami tidak melihat keberpihakan Bapak bersama masyarakat dan slogan wong cilik yang Bapak gunakan, seolah hampa begitu saja. Sederet angka-angka bapak pertontonkan untuk meyakinkan kami bahwa BBM dan TDL harus naik karena beban subsidi negara sudah tak mampu lagi menanggungnya.
Pertanyaannya, kenapa harus rakyat kecil yang menanggung, bukankah banyak pengusaha konglomerat yang begitu lacur dan culas dalam menggunakan BBM dan Listrik? Lalu, apa manfaat kenaikan BBM dan TDL untuk kesehjateraan kami?
Setelah Vapak terpilih menjadi Presiden dan meninggalkan jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta, terjadi penggusuran disana-sini dengan alasan jalur hijau, taman kota dan lain sebagainya. Bukankah masyarakat DKI Jakarta juga menjadi bagian dari tanggung jawab bapak sepenuhnya karena bapak pernah menjadi Gubernur di wilayah tersebut. Lalu apa hubungan antara penggusuran dengan kesehjateraan kami?
Saat Bapak berjanji bahwa dengan kenaikan BBM dan TDL dapat mengurangi beban anggaran negara, malah justru yang ada perekonomian Indonesia makin terjun bebas. Lalu kebijakan Tax Amnesty pun Bapak luncurkan yang nyatanya juga tak mampu mendongkrak kondisi ekonomi negara.
Berdalih mau hemat menggunakan APBN, dana haji-pun bapak lirik untuk pembangunan infrastruktur yang mangkrak? Apa hubungan dana haji dengan infrastruktur negara, bukankah dana haji hanya boleh digunakan untuk kepentingan jamaah haji? Pertanyannya, bagaimana dengan peningkatan kesehjateraan kami?
Kami tak butuh berita tentang Bapak belanja di pasar tanpa pengawalan. Kami tak butuh berita yang mengatakan Bapak rajin sholat meski dimanapun berada karena itu sudah kewajiban bagi seorang Muslim. Kami tak butuh berita tentang mobil dinas kepresidenan yang rusak sehingga bapak harus naik ojek.
Kami-pun tak butuh berita tentang Unit Kerja Pembinaan Pancasila karena sehebat apapun ideologi negara jika pemimpinnya tak mampu mensehjaterakan rakyat serta berlaku adil, semuanya akan sirna. Yang kami butuhkan adalah bagaimana tanggung jawab bapak tentang kesehjateraan kami (rakyat Indonesia).
[***]
M. Abrar Parinduri(Dosen PTIS Sumut)
BERITA TERKAIT: