Berdasarkan kajian lembaga konsultan properti Savills, jumÂlah apartemen yang terjual pada semester I hanya mencapai 4.100 unit. Jumlah tersebut turun 3 persen dibanding semester yang sama di tahun sebelumnya.
Padahal pada periode tersebut ada sekitar 3.600 apartemen yang diluncurkan ke pasar. ArtiÂnya jumlah unit yang ada saat ini masih tersisa 132.000 unit lagi. Apartemen itu mayoritas berlokasi di Jakarta Utara, Barat dan Selatan.
Penjualan apartemen terbanÂyak pada kategori upper middle atau dengan harga sekitar Rp 30 juta per meter persegi (m2) sebanyak 80 persen. Kemudian, kategori upper dengan harga Rp 40 juta per m2 sebanyak 75 persen, high end dengan harga Rp 50-60 juta per m2, low midÂdle seharga Rp 15 juta per m2 sebanyak 63 persen, dan middle end dengan harga Rp 20 juta per m2 sebanyak 60 persen.
"Hingga Semester I, penjualan masih di bawah 50 persen dari target total penjualan sepanjang tahun lalu," kata Kepala DeparteÂmen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia, Anton Sitorus.
Menurut dia, penjualan aparÂtemen saat ini memang cendÂerung sulit, terutama di kelas atas. Hal tersebut didorong oleh adanya pengenaan pajak yang tinggi untuk rumah mewah atau apartemen.
Dia menjelaskan, saat ini apartemen dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPNBM) 20 persen, Pajak Penghasilan (PPh) barang sangat mewah 5 persen, ditambah lagi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen. "Jadi bayangkan kaÂlau beli apartemen mewah Rp 10 miliar, buat bayar pajaknya saja Rp 3,5 miliar," tutur dia.
Untuk mendongkrak penÂjualan apartemen yang masih lesu, menurutnya pemerintah dapat memberikan insentif perÂpajakan. Salah satunya adalah mencopot regulasi itu sementara waktu. Kalau kondisi ekonomÂinya sudah membaik, baru bisa diterapkan lagi.
CEO Gunawangsa Group TriÂandi Gunawan menuturkan, laju ekonomi memang belum begitu bagus di sepanjang semester pertama kemarin. Namun, masih ada ceruk pasar penjualan aparÂtemen kelas menengah yang terus diminati masyarakat.
"Kalau dirasakan penjualan masih tetap stabil dan ada keÂcenderungan meningkat sampai akhir tahun ini," ujar Triandi.
Ia melanjutkan, dukungan dari perbankan dalam memberikan keringanan pada konsumen yang mengambil kredit kepemilikan apartemen (KPA) menjadi salah satu faktor penjualan apartemen terus meroket. Didukung lagi keÂpercayaan masyarakat terhadap properti sebagai investasi yang menjanjikan setelah emas.
Kalau laju penjualan propÂerti tidak terus digeber, katanya, maka kepercayaan masyarakat juga ikut turun. Pihaknya sendiri selalu ingin menepati janji peÂnyelesaian pembangunan aparteÂmen. Sehingga kepercayaan konÂsumen terus meningkat. ***
BERITA TERKAIT: