Dalam prosesi yang berlangsung khidmat itu, istri almarhum, Sinta Nuriyah Wahid, yang duduk di kursi roda, serta putrinya Yenny Wahid, terlihat berdiri di samping pigura bergambar Gus Dur.
Keduanya hadir sebagai perwakilan keluarga dan menerima langsung simbol penganugerahan gelar yang ditetapkan berdasarkan Keppres Nomor 116/TK/2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
"Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid dari Provinsi Jawa Timur; Tokoh dari Provinsi Jawa Timur. Pahlawan dalam bidang perjuangan politik dan pendidikan Islam. K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah tokoh bangsa yang sepanjang hidupnya mengabdikan diri memperjuangkan kemanusiaan, demokrasi, dan pluralisme di Indonesia," bunyi Keppres tersebut.
Gusdur adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah politik dan keagamaan Indonesia. Lahir dari keluarga pesantren di Jombang, ia tumbuh dengan tradisi intelektual Islam yang kuat dan kemudian menempuh pendidikan di Mesir serta Irak.
Gus Dur dikenal luas sebagai pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) yang membawa organisasi itu ke arah modernisasi pemikiran. Ia juga pendiri Forum Demokrasi, wadah yang memperjuangkan kebebasan sipil di era menjelang Reformasi.
Sebagai Presiden RI ke-4, Gus Dur menjadi simbol pluralisme, toleransi, dan pembela kelompok minoritas, serta dikenal karena sikap-sikap politiknya yang berani dan humanis. Di bidang pendidikan Islam, ia mendorong integrasi nilai keislaman dengan modernitas dan kemajuan ilmu pengetahuan.
BERITA TERKAIT: