Tasyakuran tersebut dihadiri mantan juru bicara Gus Dur Adhie Massardi, mantan Sekretaris MPO PB IKA PMII Cholil Nafis, Anggota Komisi X DPR Andi Muawiyah Ramly, dan mantan Sekretaris pribadi Gus Dur Zainul Arifin Junaidi.
Ketua Tim Pengusul Gelar Pahlawan Nasional untuk Syekhona Muhammad Kholil, Muhaimin mengaku awalnya kesulitan saat melakukan pengusulan, karena hampir seluruh literatur populer yang membahas Syaikhona Kholil hanya menonjolkan unsur karamah dan linuwih, tanpa basis akademik memadai.
“Saya membaca lebih dari sepuluh buku, dan hampir semuanya hanya bicara soal karomah. Tidak ada karya ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademik,” kata Muhaimin.
Kondisi tersebut mendorong timnya menggali sumber primer dari Lajnah Turots Ilmi Syaikhona Kholil. Dari situ mereka memperoleh naskah kuno dan manuskrip penting yang ditulis Syaikhona Kholil maupun ulama yang berada dalam jejaring keilmuannya, mulai dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
“Banyak temuan menarik yang kami dapatkan, bukan hanya soal karomah, tetapi pemikiran beliau tentang kebangsaan," kata Muhaimin.
Temuan paling signifikan adalah manuskrip 'Bumbu Awalan bin ali-Bin' tahun 1891, yang menjadi dasar rekonstruksi pemikiran nasionalisme Syaikhona Kholil.
“Sejarah nasionalisme Indonesia harus direvisi. Gerakan kebangsaan modern dimulai dari Syaikhona Kholil pada 1891. Bukan dari Budi Utomo,” pungkas Muhaimin.
BERITA TERKAIT: