Hadir dalam forum tersebut mantan Jurubicara Presiden Gus Dur Adhie Massardi, mantan sekretaris pribadi Gus Dur Zainul Arifin Junaidi, Anggota Komisi X DPR Andi Muawiyah Ramly dan mantan Sekretaris Majelis Pertimbangan Organisasi PB IKA PMII Cholil Nafis, serta Ketua Tim Pengusul Gelar Pahlawan Nasional untuk Syaikhona Kholil, Muhaimin.
Adhie banyak mengungkap kisah dan pandangan yang selama ini jarang keluar ke ruang publik. Ia mengawali ceritanya dengan menegaskan bahwa kedekatannya dengan Gus Dur terjadi secara spontan.
Aktivis senior mengaku belum mengenal Gus Dur secara personal sebelum dipanggil ke Istana.
“Tiba-tiba saya dipanggil dan diberi briefing pertama. Saya pikir, ‘Oh ini Gus Dur seorang pemimpin bisnis dan pergerakan.’ Saya sendiri tidak tahu kenapa dipilih, mungkin Gus Dur dapat ‘berita dari langit’,” kata Adhie.
Ia membeberkan sikap Gus Dur yang sangat menjaga marwah konstitusi dalam menghadapi dinamika politik, termasuk polemik pansus di DPR saat itu.
Adhie mengaku pernah menanyakan sikap Gus Dur terhadap upaya pembentukan pansus.
“Gus Dur bilang: jangan ganggu DPR. Biarkan mereka bekerja,” ungkapnya, sembari menegaskan bahwa sikap itu menunjukkan integritas konstitusional Gus Dur.
Ia lantas membongkar kembali kronologi proses impeachment terhadap Gus Dur.
Menurutnya, Sidang Istimewa MPR yang digelar waktu itu berawal dari permintaan penjelasan terkait pergantian Kapolri oleh Presiden.
Namun narasinya berkembang, sehingga seolah-olah dekrit yang dikeluarkan Gus Dur menjadi penyebab utama pemberhentiannya.
“Padahal Gus Dur mengeluarkan dekrit untuk mencegah inflasi kedaulatan di DPR. Ini fakta yang jarang dipublikasikan,” tegasnya.
Adhi juga menyebut Gus Dur sebagai tokoh pergerakan yang memayungi hampir semua gerakan civil society sejak masa Orde Baru.
Menurutnya, banyak organisasi yang bisa tumbuh karena perlindungan dan jaringan yang dibangun Gus Dur.
“Dimanapun ada Gus Dur, pasti ada gerakan. Civil society itu tumbuh karena Gus Dur,” pungkasnya.
Di akhir penyampaian, Adhi menegaskan bahwa sikap kritis yang ia ambil selama ini merupakan bagian dari pesan Gus Dur agar tetap mengawasi kekuasaan.
BERITA TERKAIT: