Digitalisasi Pemilu Masih Terbentur Masalah Klasik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Rabu, 29 Oktober 2025, 03:51 WIB
Digitalisasi Pemilu Masih Terbentur Masalah Klasik
Direktur Eksekutif The Indonesian Institute Center for Public Policy Centre, Adinda Tenriangke Muchtar. (Foto: RMOL/Ahmad Satryo)
rmol news logo Perubahan model pemilu konvensional ke digitalisasi bukan hal mustahil diterapkan pada Pemilu 2029 mendatang.

Direktur Eksekutif The Indonesian Institute Center for Public Policy Research, Adinda Tenriangke Muchtar bahkan menyebut digitalisasi pemilu bisa meningkatkan partisipasi publik dan memangkas anggaran negara.

"Kalau kita bicara digitalisasi pemilu semangatnya adalah meningkatkan partisipasi, membuat lebih hemat karena ada efisiensi," ujar Adinda dalam diskusi di Media Center KPU, Jakarta Pusat, Selasa, 28 Oktober 2025.

Meski demikian, penyelenggara pemilu diminta tidak buru-buru menerapkan digitalisasi pemungutan suara jika infrastrukturnya belum siap. 

"Kita perlu menyadari digitalisasi pemilu melibatkan teknologi yang bertemu dengan tantangannya sendiri," tuturnya.

Salah satu tantangan yang terjadi berulang adalah masalah hoax atau berita bohong. Masalah ini perlu ditangani lintas sektor, baik penyelenggara pemilu maupun pihak terkait.

Kuncinya, kata dia, adalah dengan memperkuat literasi digital kepada masyarakat agar cita-cita digitalisasi pemilu bisa dilakukan.

"Kita punya kesempatan bonus demografi 2030. Pertanyaannya, kita jadi generasi emas atau generasi yang cemas? Kalau kita masih dibombardir masalah literasi, pemberangusan kasus-kasus diskusi buku, bagaimana mau cerdas?" pungkasnya.rmol news logo article
EDITOR: DIKI TRIANTO

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA