Survei ini menemukan bahwa mayoritas responden (85,8 persen) mengetahui aksi demonstrasi dan kerusuhan yang belakangan marak terjadi. Menariknya, asosiasi utama masyarakat terhadap demonstrasi justru identik dengan kerusuhan (26,9 persen), kemudian isu kenaikan gaji DPR (17,1 persen), penyampaian aspirasi (15,7 persen), dan gerakan tuntut keadilan atas korban Affan Kurniawan (10,6 persen).
“Ketika kami tanyakan kepada para responden, jika disebut kata demonstrasi atau unjuk rasa yang terjadi akhir-akhir ini sebutkan satu hal yang pertama kali terlintas di pikiran? Ternyata 26,9 persen adalah kerusuhan,” kata Rico melalui keterangan elektronik di Jakarta, Senin 22 September 2025.
Dari sisi sumber informasi, survei menunjukkan bahwa media sosial menjadi saluran utama yang membentuk kesadaran publik. Facebook (72,0 persen), Instagram (67,2 persen), dan TikTok (61,4 persen) menjadi tiga platform teratas yang paling banyak digunakan responden.
Meski begitu, media tradisional seperti televisi masih berperan penting (58,5 persen), diikuti oleh YouTube (44,9 persen) dan portal berita online (35,0 persen). Sementara itu, radio hanya digunakan oleh 8,1 persen responden sebagai sumber informasi terkait demonstrasi.
“Temuan ini menegaskan bahwa opini publik hari ini dibentuk secara dominan oleh informasi di media sosial. Namun, televisi dan media online masih menjadi referensi penting, terutama bagi kalangan yang lebih luas,” pungkas Rico.
Survei ini dilakukan pada 8-13 September 2025 melalui kuesioner berbasis Google Form yang disebarkan lewat platform media sosial Meta, dengan sasaran pengguna aktif berusia 17-60 tahun ke atas di seluruh provinsi Indonesia. Sebanyak 643 responden berpartisipasi dalam survei ini.
BERITA TERKAIT: