Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, menegaskan bahwa informasi yang beredar di media sosial soal adanya korban meninggal masih perlu diverifikasi.
"Kalau berkenaan dengan informasi ada yang meninggal mungkin perlu kita klarifikasi kembali, kita pastikan supaya tidak terjadi simpang siur. Nah kami juga terus meminta laporan kepada pihak-pihak terkait mengenai kebenaran informasinya," ujar Prasetyo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu sore.
Ia menambahkan, berdasarkan laporan yang diterima hingga saat ini, belum ditemukan data adanya korban meninggal dunia.
"Dan yang kami dapatkan informasinya beberapa waktu yang lalu, belum ditemukan atau tidak ada yang diinformasikan untuk dikabarkan meninggal dunia," tegasnya.
Polda Jawa Tengah sebelumnya juga membantah adanya korban jiwa dalam aksi yang menuntut Bupati Sadewo mundur tersebut.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto, menyebut hasil penelusuran hingga sore hari nihil.
"Kami sudah mengonfirmasi informasi ada masyarakat yang meninggal akibat aksi unjuk rasa ini, dan sampai saat ini sore ini hasil penelusuran nihil adanya tidak ada korban jiwa akibat aksi anarkis tersebut," kata Artanto dalam keterangan tertulis.
Meski demikian, tercatat ada 34 korban luka-luka dari kedua belah pihak, tujuh di antaranya anggota Polri.
Luka yang dialami bervariasi, mulai dari lebam, luka robek, hingga bocor pada bagian kepala, serta sesak napas dan iritasi mata akibat gas air mata.
Sebagian korban masih dirawat di rumah sakit, sementara sebagian lainnya telah diperbolehkan pulang.
Kericuhan pecah setelah massa merobohkan gerbang, memecahkan kaca, dan membakar mobil polisi.
Aparat kepolisian merespons dengan menembakkan gas air mata, mengerahkan water cannon, dan kendaraan taktis untuk membubarkan massa yang mencoba menerobos masuk ke kantor bupati.
BERITA TERKAIT: