Apalagi, perkembangan teknologi di Asia saat ini menjadi salah satu tolak ukur negara-negara di dunia dalam mengambil kebijakan.
Hal ini disampaikan Aie Natasha, CEO Enable Project dan Koordinator Konsorsium Gerbangtara, dalam sesi Frontline Perspectives: Safeguarding Human and Environmental Rights in New Technology di konferensi Corporate Sustainability and Environmental Rights in Asia yang berlangsung di United Nations Conference Centre (UNCC-BKK), Bangkok.
Dalam konferensi ini turut hadir berbagai pakar global, termasuk Ben Hardman (Mekong Legal Director, Earth Rights International), Sarayu Natarajan (Founder, Aapti Institute), Patchareeboon Sakulpitakphon (Sustainability & Impact Lead, PALO IT Thailand), dan Jehan Wan Aziz (Rule of Law Lead, UNDP Malaysia).
“Kita sering berbicara tentang transisi yang adil, tetapi tanpa strategi berkelanjutan yang didukung pemerintah dan sektor bisnis, pengembangan infrastruktur pun akan terhambat. Tantangan terbesar bukan hanya pembangunan fisik, tetapi juga kesiapan tenaga kerja yang mampu beradaptasi dengan perubahan,” kata Aie dalam keterangan resmi pada Kamis, 20 Maret 2025.
Aie pun mengambil contoh pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Indonesia menjadi salah satu proyek besar yang membutuhkan kesiapan SDM dalam mendukung pengembangan infrastrukturnya.
Dalam konteks ini, Gerakan Bangun Nusantara (Gerbangtara) hadir sebagai inisiatif kolaboratif yang fokus pada peningkatan kapasitas masyarakat lokal, seharusnya dapat berperan aktif dalam pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Tak hanya itu, Aie juga menyoroti ketimpangan akses teknologi yang masih menjadi tantangan, apalagi bagi masyarakat di pedesaan dan masyarakat adat di Asia.
"Menurutnya, investasi teknologi harus didahului dengan kesiapan SDM yang akan mengoperasikannya. Perbedaan antara kota besar dan daerah terpencil bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga kesiapan tenaga kerja. Apakah mereka memiliki keterampilan yang dibutuhkan, terutama dalam ekonomi hijau? Ini yang harus kita dorong,” kata Aie.
Aie pun menegaskan pentingnya investasi dalam green skills dan keterampilan berbasis keberlanjutan guna mendukung transisi energi ramah lingkungan.
“Penguatan SDM dengan keterampilan hijau adalah kunci menghadapi tantangan industri masa depan sekaligus membuka peluang inovasi dalam ekonomi sirkular,” jelasnya.
Terakhir, Aie juga menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor (pentahelix), yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat sipil, akademisi, dan media.
“Keterlibatan semua pihak, dari komunitas lokal hingga para pembuat kebijakan, sangat penting agar kemajuan teknologi tidak mengorbankan hak asasi manusia maupun kelestarian lingkungan,” tegasnya.
BERITA TERKAIT: