"Menggunakan bandara/terminal/properti alternatif seperti Thaif mempermudah miqat dengan lebih khidmat cukup istirahat dan nyaman untuk dapat mengurangi biaya transportasi dan akomodasi," kata pengamat haji Ade Mafruddin ketika berbincang dengan
Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL, Minggu (21/7).
Selain itu, Ade menyarankan pemerintah melakukan inisiasi investasi di bandara Thaif, dengan demikian beban biaya para jemaah haji bisa dikurangi lewat masa tinggal dan biaya akomodasi.
"Masa tinggal dapat dikurangi dari 40 hari menjadi maksimal 30-35 hari, menghemat biaya akomodasi, transport dan konsumsi minimal sekitar 25 persen," kata Ade.
Sehingga nantinya, kata Ade, jemaah cukup difokuskan ibadah utama di Mina, Arafah, Muzdalifah.
Sehingga, lanjut Ade, peningkatan kuota haji melalui diplomasi juga bisa membantu mengurangi panjangnya antrean haji.
"Peluang volume kuota haji Indonesia telah meningkat dari 221,000 menjadi 229,000 pada tahun 2023 (+8000), kemudian menjadi 241.000 di 2024 (+20.000). Diestimasi tambahan kuota dalam waktu dekat untuk Indonesia mendekati 300.000 kuota," tutup Ade.
BERITA TERKAIT: