Menurutnya, dampak banjir tidak hanya mengganggu aktivitas dan lingkungan rumahnya, tapi juga membuat bisnis yang dikelolanya merugi.
“Tapi banjir datang terus. Usaha perbaikan menjadi sia-sia,” kata Wahyu dikutip dari laman DPRD DKI Jakarta, Kamis (11/1).
Wahyu menyesalkan komunikasi pemerintah dan tokoh politik seolah tak mampu mengurangi banjir dan genangan di Jakarta.
Dengan tekad yang kuat, di tahun 2014, Wahyu memutuskan bergabung dengan Partai Hanura agar suaranya didengar pemerintah.
"Alhamdulillah saya terpilih menjadi anggota Dewan lewat Pemilu 2014," kata Wahyu.
Selanjutnya, menjelang Pemilu 2019 Wahyu memutuskan pindah ke Partai Gerindra yang dinilai memiliki visi dan misi sejalan dengan dirinya. Wahyu kembali berhasil melenggang di DPRD DKI Jakarta setelah meraup 13.373 suara.
Perolehan suara tersebut berhasil didapat Wahyu di Daerah Pemilihan (Dapil) 8 yang meliputi Kecamatan Tebet, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, Pancoran dan Jagakarsa.
“Banjir Jakarta membuat semua berantakan. Bisnis merugi, kesehatan dan ekonomi warga pun rusak. Lingkungan menjadi kumuh. Sampah yang dibawa air kali menggenang, tersebar di mana-mana,” kata Wahyu.
Hal tersebut juga terlihat saat Wahyu mendesak Pemprov DKI Jakarta melanjutkan pemasangan turap kali di Jalan Salak Putih, Ciganjur, Jakarta Selatan, guna mencegah banjir saat musim hujan seperti saat ini.
BERITA TERKAIT: