"Jika dikalkulasi secara sederhana, suplai pendukung Prabowo dan Ganjar ini kan sama, yakni dari kalangan nasionalis, maka akan saling tarik menarik antara Ganjar dan Prabowo," ujar Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam, kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (3/1).
Terlebih lagi, lanjut akademisi Universitas Sahid Jakarta ini, figur Mahfud tidak begitu signifikan di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) kultural. Masih lebih berpengaruh cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, yang punya massa kultural dari kalangan NU.
"Terlebih lagi Cak Imin ketua parpol yang akan lebih mudah memberikan arahan kepada jajaran dari tingkat pusat sampai tingkat terkecil di kelurahan," terang Saiful.
Dengan posisi tersebut, kata Saiful, mengakibatkan posisi Ganjar-Mahfud semakin terjepit. Di satu sisi pasangan Ganjar-Mahfud tergerus dengan adanya simpul Prabowo, apalagi Gibran yang masih bagian dari representasi Jokowi.
"Jika ingin mengharapkan simpul NU kultural, sosok Mahfud tidak begitu signifikan untuk dapat menarik simpati dari kalangan ini. Dengan posisi sulit itulah pasangan Ganjar-Mahfud tidak mampu mengadang sosok Prabowo, dari sisi Mahfud pun tidak berdaya melawan ceruk dan simpul pendukung Muhaimin," pungkas Saiful.
BERITA TERKAIT: