Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam mengamati, perkembangan dunia digital menjadi pemicu menguatnya dua aspek pelanggaran pemilu itu.
"Hoax,
hate speech, dan lain sebagainya dijadikan sebagai produk yang diorkestrasi oleh kekuatan tertentu yaitu kekuatan bisnis," ujar Umam dalam keterangan tertulisnya kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (3/10).
Dia meyakini, penyebaran konten-konten yang berbau hoax dan
hate speech tak hanya dimanfaatkan kekuatan bisnis, tetapi juga kekuatan media sosial seperti TikTok.
"Basis dari data TikTok tersebar dengan menetapkan algoritma dan melakukan publikasi dengan sebebas-bebasnya," tuturnya.
Selain melalui TikTok, Umam melihat kemungkinan manipulasi opini publik dapat dilakukan melalui berbagai platform media sosial lainnya.
Karena itu, dia berharap penyebaran konten hoax hingga
hate speech bisa diminimalkan oleh penyelenggara pemilu, agar tidak terjadi masalah dalam pelaksanaan Pemilu 2024 mendatang.
"Maka dari itu harus tetap melakukan filter terhadap berbagai pemberitaan, mengenai disinformasi yang ada tentang Pemilu ke depannya," demikian Umam.
BERITA TERKAIT: