Dalam data yang dirilis CNBC Indonesia Intelligence Unit (CIIU), disebutkan tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia melonjak karena pandemi Covid-19.
Jumlah orang miskin bertambah 2,76 juta, dari 24,78 juta pada periode September 2019 menjadi 27,54 juta pada Maret 2021. Tingkat kemiskinan juga melonjak dari 9,22 persen pada September 2019 menjadi 10,14 persen pada Maret 2021.
Setelah ekonomi pulih, jumlah orang miskin kini tersisa 25,90 juta atau 9,36 persen per Maret 2022. Sementara jumlah pengangguran masih ada 7,99 juta atau 5,45 persen per Februari 2023.
“Menekan angka kemiskinan, khususnya klaster ekstrem menjadi PR calon presiden (capres) mendatang, yakni menurunkan kemiskinan ke bawah 9 persen,” ucap Executive Director CNBC Indonesia Intelligence Unit, Muhammad Maruf, lewat keterangan tertulisnya, Senin (14/8).
Menurutnya, angka pengangguran sulit turun dengan cepat atau setidaknya turun 5 persen. Hal itu disebabkan, karena banyaknya masalah krusial yang harus dipecahkan pemimpin setelah Jokowi. Salah satu faktor penyebab adalah sedikitnya lapangan pekerjaan.
“Lalu, kualitas pekerjaan juga menjadi masalah krusial yang perlu dipecahkan. Sebab jumlah pekerja informal lebih banyak dari pekerja formal yang mendapatkan perlindungan negara,” demikian Maruf.
BERITA TERKAIT: