Mengutip dari
Al Jazeera, "swing state" mengacu pada negara bagian yang arah politiknya masih belum jelas, sehingga hasilnya sulit diprediksi. Disebutkan juga bahwa suara di negara bagian ini sangat krusial dalam menentukan pemenang.
Pemilihan presiden di AS diputuskan bukan hanya berdasarkan suara rakyat, tetapi juga melalui sistem Electoral College. Dalam sistem ini, setiap negara bagian memiliki jatah suara elektoral tertentu berdasarkan jumlah populasinya.
"Masing-masing dari 50 negara bagian diberi jatah suara Electoral College tertentu, sesuai dengan jumlah populasinya. Seorang kandidat presiden harus memperoleh 270 elektor untuk menang," tulis Al Jazeera.
Karena sebagian besar negara bagian cenderung memilih satu partai secara konsisten, hanya sejumlah kecil negara bagian penentu yang akan memainkan peran krusial dalam kemenangan pilpres mendatang.
“Di sebagian besar negara bagian, hasil dalam kontes dua orang akan jelas, dan kampanye akan menganggapnya begitu. Tapi, di negara bagian swing state itu tidak berlaku,” kata Alex Keyssar, seorang profesor sejarah di Universitas Harvard, seperti dikutip ShareAmerica pada Selasa, 29 Oktober 2024.
Pada pemilu tahun ini, beberapa negara bagian yang mendapat perhatian khusus adalah Arizona, Georgia, Michigan, Pennsylvania, Wisconsin, Nevada, dan Minnesota. North Carolina juga menjadi tambahan baru dalam daftar negara bagian penentu.
Dalam upaya memenangkan suara elektoral, Harris dan Trump gencar melakukan kampanye di delapan negara bagian tersebut. Fokus mereka adalah memikat pemilih yang dapat memberikan keunggulan elektoral yang diperlukan untuk menang.
"Persaingan antara Trump dan Harris sangat ketat. Jajak pendapat terbaru menunjukkan mereka imbang di Georgia, dan keunggulan tipis Trump di beberapa negara bagian lain seperti Pennsylvania dan Wisconsin masih bisa berubah karena selisihnya sangat kecil," ungkap Forbes dalam artikel berjudul 'Election 2024 Swing State Polls: Trump Leads Harris In 4 States, Tie In Georgia (Updated)'.
BERITA TERKAIT: