Oleh Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, kunjungan itu dimaknai sebagai pemberian jaminan politik dari pemerintah Indonesia ke China.
“Kunjungan ini semacam garansi politik saja dari pemerintah ke China,” katanya kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (30/7).
Jokowi, katanya, seolah sedang memberi kepastian kepada China bahwa agenda ekonomi nasional setelah Pemilu 2024 mendatang akan terus dilanjutkan. Sekalipun ada risiko pergantian kepemimpinan di Indonesia.
Selain itu, dia melihat pertemuan ini juga untuk mempertahankan ambisi China berinvestasi di Indonesia. Terlebih, dalam pertemuan tersebut Indonesia mendapatkan jatah investasi dari China sebesar Rp173 triliun, dalam komitmen investasinya.
“Tapi ini juga berarti arah kebijakan banyak yang cenderung dipertahankan untuk memenuhi ambisi China. Beberapa proyek misalnya hilirisasi kecenderungannya akan memberi konsesi lebih besar ke China,” tutupnya.
BERITA TERKAIT: