Demikian hasil kajian yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk “Evaluasi Kinerja Presiden dan Pilihan Capres 2024 di Pemilih Kritis”, yang diunggah di kanal Youtube SMRC TV.
Direktur Riset SMRC, Deni Irvani mengatakan, hal tersebut berdasarkan
hasil kajian pada analisa hasil serangkaian survei SMRC pada pemilih kritis sejak Juni 2021 sampai Mei 2023.
"Pola hubungan antara kinerja Jokowi dan elektabilitas Prabowo mengalami perubahan sejak November 2022," kata Deni Irvani.
Pada periode Juni 2021-Oktober 2022, disampaikan Deni, kinerja Jokowi berkorelasi negatif dengan elektabilitas Prabowo. Namun dalam periode November 2022-Mei 2023, korelasinya berubah menjadi positif.
“Prabowo terlihat mendapat insentif elektoral atas positifnya penilaian publik terhadap kinerja Jokowi sejak November 2022,” katanya.
Ada beberapa faktor mengapa terjadi perubahan ktu. Dijelaskan Deni, perubahan ini terjadi seiring dengan beberapa peristiwa kedekatan Jokowi dengan Prabowo. Di antaranya, pernyataan Jokowi bahwa presiden selanjutnya adalah giliran Prabowo.
Begitu juga pernyataan Jokowi tentang perlunya pemimpin yang berani, pertemuan Prabowo dengan Gibran Rakabuming Raka, relawan Jokowi yang mengusulkan Prabowo selain Ganjar. Serta agresifitas Prabowo bersama Jokowi seperti menanam mangrove yang tidak memiliki hubungan langsung dengan Departemen Pertahanan.
“Itu semua terjadi memasuki 2023 sampai sekarang,” demikian Deni.
BERITA TERKAIT: