Demikian disampaikan pengamat penerbangan, Alvin Lie, menanggapi Nepal Airlines Corporation yang masih terjebak cengkraman utang China.
"Hutang Nepal Airlines 'hanya' Rp5,7 triliun, tidak ada apa-apanya dibanding hutang Garuda Indonesia yang totalnya mencapai Rp142 triliun," urai Alvin, kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (26/4).
Berdasar rilis Daftar Piutang Tetap (DPT) Tim Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) 14 Juni 2022, total utang Garuda mencapai Rp142,42 triliun kepada 501 kreditur, terdiri dari Rp104,37T (123 Lessor), Rp34,09T (300 creditor non-lessor), dan Rp3,995T (23 creditor non-preference).
Sementara utang Nepal Airlines bersumber dari pesawat China, yakni empat Y12 dan dua MA-60, yang dibeli dengan pinjaman lunak dan subsidi sekitar delapan tahun lalu. Nepal telah menghabiskan 7 miliar Rupee atau Rp800 miliar untuk enam pesawat itu.
Awalnya berharap dapat membantu mengembangkan bisnis penerbangan Nepal, pesawat yang dibeli dari China itu justru memberikan kerugian cukup besar bagi korporasi.
Dalam waktu tiga tahun, pesawat-pesawat yang dipesan sudah tidak berfungsi secara normal, dan mengakibatkan kerugian tahunan rata-rata 38 juta Rupee untuk perbaikan atau Rp4,3 miliar.
BERITA TERKAIT: