Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan, langkah menaikkan harga BBM bukan hanya demi ketahanan fiskal di APBN, namun juga untuk memberikan pembiayaan yang memadai untuk sektor yang lebih penting, misalnya pendidikan dan transisi menuju energi terbarukan.
“Kenaikan harga BBM memang diperlukan, karena tidak mungkin Pemerintah menanggung subsidi yang makin lama makin besar,†ujar Yose Rizal Damuri di Jakarta, Selasa (30/8).
Penyesuaian harga, kata dia, juga harus terjadi di semua jenis BBM agar tidak terjadi peralihan pola konsumsi ke jenis tertentu. Hal ini, tentu akan menjadi masalah tersendiri jika terjadi.
“Bila harga BBM jenis pertalite tetap dipertahankan sementara harga jenis BBM lainnya naik, otomatis konsumsi pertalite akan makin meningkat karena orang akan sifting,†terangnya.
Lanjutnya, yang banyak melakukan penelitian tentang kemiskinan dan distribusi pendapatan ini, subsidi harus dikurangi dan harga BBM harus ditingkatkan agar menciptakan mekanisme pasar yang sehat antara stok dan permintaan.
“Kalau harganya gak naik-naik, sementara barangnya terbatas, yang terjadi adalah barangnya tidak akan tersedia di pasaran. Makanya harganya harus naik, sejak jauh jauh hari banyak pihak sudah mengatakan bahwa harga pertalite itu harus naik, harga LPG juga harus naik untuk mengikuti kondisi energi yang ada,†katanya.
Hasil penghematan yang berhasil dilakukan dari pengurangan subsidi BBM, menurutnya, bisa digunakan untuk membiayai hal lain yang lebih penting. Salah satunya, adalah akselerasi pendidikan yang belakangan juga terdampak pandemi Covid-19.
“Misalnya untuk meningkatkan pendidikan. Ingat ya, selama dua-tiga tahun ini pendidikan kita tertinggal jauh karena pandemi. Banyak sekali yang harus dikejar dan itu butuh APBN yang tinggi sebenarnya. Jadi (hasil penghematan subsidi BBM itu) bisa dimasukkan ke sana," jelasnya.
Agenda lain yang juga membutuhkan pendanaan, kata Yose lagi, adalah transisi menuju energi berkelanjutan di tengah perubahan iklim benar sedang terjadi hari-hari ini.
“Kita butuh transisi menuju energi yang bersih, ini membutuhkan biaya yang tinggi sekali. Harusnya subsidi sekian ratus triliun itu bisa membangun banyak sekali solar panel, banyak sekali mini dan micro-hydro di Indonesia, untuk transisi ke energi terbarukan, energi yang lebih bersih,†pungkasnya.
BERITA TERKAIT: