Pada Pilkada 2005 yang diikuti 5 pasangan calon kepala daerah. Paslo nomor urut 01 saat itu adalah Supriyanto dan Handoko Sudrisman. Keduanya diusung PDIP.
Kemudian paslon nomor urut 02, Muhadi Suyono-Amin, diusung PKB. Paslon nomor urut 03, Yuli Nursanto-Achmad Soenarno, diusung Partai Demokrat dan PPP. Paslon nomor urut 04, Asmuni-Soesilo Hadi Soeprapto, diusung partai Golkar.
Sementara untuk paslon 05, Moch. Supadjar dan Muryanto, diusung oleh banyak partai. Yakni PNI Marhaenisme, PBSD, PBB, Partai Merdeka, PPDK, PPIB, PNBK, PKPI, PPDI, PPNUI, PKPB, PKS, PBR, PDS, Partai Patriot Pancasila, PSI, PPD, dan Partai Pelopor.
Hasil pada Pilkada 2005, paslon 02 Muhadi Suyono-Amin meraih suara terbanyak dengan 222.647 suara atau sekitar 45,2 persen.
Sementara paslon 01 dapat 149.301 suara, paslon 02 222.647, paslon 03 27.818 suara, paslon 04 22.127 suara, paslon 05 69.892 suara.
"Yang menang bukan petahana. Nomor 5 itu dulunya Wabup kemudian jadi Plt Bupati. Karena Bupatinya saat itu Pak Markum jadi anggota DPR RI," kata Divisi Teknis Penyelenggaraan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Ponorogo, Arwan Hamidi, dikutip
Kantor Berita RMOLJatim.
Selanjutnya, pada Pilkada 2010 diikuti 3 paslon. Nomor urut 01, Muhadi Suyono-Yusuf Pribadi (Hayu). Nomor urut 02, Amin-Yuni Widyaningsih (Ada). Nomor urut 03, Suprianto-Nyamut Suseno (Primus).
Untuk paslon 01 diusung PKB, PDIP, dan PKS. Saat itu mendapat 166.870 suara atau 32,15 persen. Muhadi yang sebelumnya berhasil menjabat Bupati Ponorogo bersama pasangannya Amin berganti pasangan dengan Yusuf Pribadi.
Pasangan Ada yang diusung partai Golkar mendapat 248.651 suara atau 46,3 persen. Amin yang sebelumnya menjabat sebagai wakil bupati kemudian maju Pilkada sebagai bupati menggandeng Yuni.
Pasangan Primus yang diusung partai Demokrat dan PKPB mendapat 115.621 suara atau 21,53 persen.
"Pemenangnya saat itu paslon 02, Amin-Yuni, lalu diikuti paslon 03, dan terakhir paslon 01," jelas Mamik, sapaan akrab Arwan Hamidi.
Pada Pilkada 2015 yang diikuti 4 paslon, yang menang adalah kuda hitam. Paslon nomor urut 04, Ipong Muchlissoni-Soedjarno.
"Paslon nomor 04 diusung partai Gerindra, PAN, Nasdem mendapat 219.958 suara atau 39,37 persen," urainya.
Sementara sang petahana yang merupakan paslon 02, Amin-Agus Widodo yang diusung PKB dan PDIP mendapat 123.761 suara atau 22,15 persen. Usai menjabat sebagai Bupati pada periode 2010 hingga 2015, Amin kembali maju dengan menggandeng Agus Widodo.
Pasangan 01 Sugiri Sancoko-Sukirno yang diusung Partai Golkar, Demokrat, PKS, Hanura mendapat 205.587 suara atau 36,8 persen.
Paslon 03, Misranto-Isnen Supriyono melalui jalur independen mendapat 9.422 suara atau 1,69 persen.
Nah, demikian juga di Pilkada 2020 yang digelar pada 9 Desember 2020. Pada Pilkada kali ini diikuti 2 paslon. Paslon 01, Sugiri Sancoko-Lisdyarita, yang diusung PDIP, PAN, PPP, Hanura mendapat 352.047 suara atau 61,7 persen.
Paslon 2, Ipong Muchlissoni-Bambang Tri Wahono, dan diusung Partai Nasdem, PKB, Gerindra, Demokrat, Golkar, dan PKS mendapat 218.073 suara atau 38,3 persen.
Ipong yang merupakan petahana sempat diunggulkan karena diusung 6 partai. Namun, lagi-lagi fakta menunjukkan fenomena petahana kembali mengalami kekalahan terulang di Pilkad Ponorogo.
"Peraih suara terbanyak paslon 01, Sugiri-Lisdyarita," tambah mamik.
Mamik tidak menampik sepanjang empat kali Pilkada langsung di Ponorogo, petahana selalu kalah. Namun pihaknya tidak bisa menafsirkan kekalahan petahana, sebab KPU tidak punya tugas dan kewenangan menilai dan menafsirkan.
"Ya, biasa saja. Dalam demokrasi ada yang terpilih dan ada yang tidak. Mungkin kebetulan di Ponorogo demikian," tandas Arwan.
Di sisi lain, praktisi Kebudayaan, Ki Purbo Sasongko, menilai karakter masyarakat Ponorogo unik. Warga termasuk suka berterus terang apa adanya, reaktif, dan agresif.
Dari situlah terbangun mitos baru,
danyange (sesepuh) Ponorogo tidak senang dengan tingkah yang macam-macam. Dan berpengaruh terhadap proses di masyarakat saat akan memilih calon pemimpin mereka.
"
Sakcukupe wae (seperlunya saja).
Danyang menurut pemahaman orang kan yang
mbaurekso. Namun dalam pandangan saya,
Danyang adalah kristalisasi pendapat dan keinginan wong Ponorogo karena kesamaan frekuensi pemikiran. Nah sedikit kekecewaan akan langsung direaksi oleh masyarakat dengan pemikiran agresif," jelas Purbo.
BERITA TERKAIT: