Demikian disampaikan Ketua GNPF Ulama Binjai, Sanni Abdul Fattah, kepada
Kantor Berita RMOLSumut, Senin (18/5).
"Apa pun dalihnya, siapa pun yang menggelar, ini adalah bentuk intoleransi. Di saat kami, umat Islam khusyuk beribadah, beritikaf, dan memuliakan malam Lailatul Qadr, Pemerintah menggelar konser. Apa pun itu dalihnya, ini melukai kami," kata Sanni.
Ditambahkan Sanni, sepanjang Indonesia merdeka, dirinya baru melihat kenyataan ini terjadi masa Pemerintahan Joko Widodo. Hal itu tentu saja menambah penilaian buruk umat Islam kepada rezim yang berkuasa.
"Bulan Ramadhan itu bulan yang suci bagi umat Islam. Sejak berdiri, Indonesia sangat bertoleransi pada keyakinan umat Islam itu. Tapi baru kali ini ada tradisi baru. Menggelar konser. Dan itu justru dibuat penyelenggara kekuasaan," ucap Sanni.
Menurut Sanni, praktik intoleransi seperti ini akan memicu rentetan dan kelahiran 'tradisi' baru dalam penghayatan toleransi di Indonesia di masa depan.
"Ada yang pertama, dan sudah dimulai. Selanjutnya dan selanjutnya, mungkin sekali di Indonesia ke depan siapa pun bisa melanggar kesakralan bulan Ramadhan. Alasan itu bisa dibuat-buat," tegas Sanni.
Apalagi, lanjut Sanni, pagelaran konser juga diadakan pada masa prihatin, di mana teror Covid-19 masih membayangi Indonesia.
"Apalah maksudnya, di malam Lailatur Qadr, di tengah Covid-19, ada konser digelar. Ini penghinaan terhadap akal sehat dan pejuang toleransi di Indonesia," tutup Sanni.