"Ada yang salah dalam perencanaan. Direksi PT PLN pernah memaparkan bahwa sistem ketenagalistrikan Jawa-Bali memiliki cadangan lebih dari 30% atau kategori normal. Namun sekarang terjadi
blackout yang tidak bisa diatasi dengan cepat," ujar Anggota Komisi VII DPR RI, Sayed Abubakar A Assegaf di Jakarta, Senin (5/8).
Anggota Fraksi Demokrat Dapil Riau I ini juga mendesak dilakukan investigasi terjadinya pemadaman. Hal itu penting untuk mengetahui secara teknis agar menjadi bahan perencanaan dan pengelolaan sistem ketenagalistrikan supaya pemadaman tidak terulang lagi.
Sebab,
blackout telah menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial masyarakat luas. Selain itu, pernyataan Plt. Dirut PT PLN yang menyebut tak ada sabotase juga dinilai masih menimbulkan tanda tanya.
"Berarti PT PLN kurang tanggap dan tidak mampu mengantisipasi kejadian
blackout agar bisa ditangani secara cepat dan tepat. Ini menimbulkan pertanyaan kompetensi manajemen PT PLN dalam mengelola sistem ketenagalistrikan," tegasnya.
Sayed juga mengatakan, investigasi teknis dibutuhkan untuk mengetahui alasan kerusakan unit 1-6 gas turbin PLTGU Suralaya secara bersamaan. Sementara unit 7 gas turbin dikatakan dalam keadaan mati.
"Ini tergolong aneh. Karena berdasarkan penjelasan PT PLN selama ini mereka melakukan perawatan secara terjadwal masing-masing unit PLTGU. Nyatanya yang terjadi
trip atau rusak bersamaan. Apakah ada faktor kurang anggaran atau usia turbin gas yang tua? Ini harus diungkap," ujar Sayed.
Kritikan juga tak luput berkenaan dengan lambatnya pemulihan aliran listrik yang mengganggu operasional mesin ATM, sistem telepon seluler, lampu pengatur lalu lintas, perjalanan MRT, hingga operasional kereta Commuter Line Jabotabek.
"Kita perlu penjelasan PT PLN mengapa begitu lambat mengatasi kejadian
blackout," tandasnya.
BERITA TERKAIT: