"Efek buruknya adalah Pileg yang tidak relevan, karena semua fokus tertuju pada Pilpres," ujar Fahri dalam keterangan tertulis Parlementaria, Sabtu (6/4).
Lanjut Fahri, efek buruk ini yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya bahwa ternyata keinginan sementara kalangan untuk menyederhanakan atau menyamakan waktu Pileg dan Pilpres itu, lalu menyebabkan pertama biaya tidak berkurang. Kedua, Pileg jadi tidak relevan.
Karena kurangnya perhatian, maka anggota legislatif yang lolos nanti, terpilih melalui proses yang kurang selektif.
"Padahal pemilihan anggota legislatif sama pentingnya dengan Pilpres. Presiden sebagai pelaksana pembangunan dan anggota legislatif sebagai pengawas pemerintahan itu, sama-sama penting. Tapi karena dipilihnya berbarengan, akhirnya saya kira tidak mendapat perhatian," cetus inisiator Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) itu.
Oleh karena itu, Fahri mengatakan bahwa sistem Pileg dan Piplres dalam waktu yang bersamaan harus dikoreksi. Dan, agar pemilihan anggota legislatif dapat lebih berkualitas maka ia mengusulkan agar pemilihannya dilakukan melalui model distrik.
"Saya usulkan sebaiknya anggota DPR dipilih dengan metode sistem distrik, supaya dapilnya mengecil dan intensitas dia bertemu dengan konstituennya semakin kuat. Itu yang menyebabkan anggota DPR mengakar di dapilnya," pungkas anggota DPR dari dapil NTB ini.
BERITA TERKAIT: