Demikian disampaikan intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) Mohamad Guntur Romli pada diskusi "Menjaga Demokrasi dari Bahaya Hoax untuk Pemilu yang Jujur dan Berintegritas" yang digelar Indonesian Democracy Network (IDN) di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (22/1).
"Semakin banyak pendapat dan kritik, kualitas demokrasi meningkat. Karena ada pertempuran ide gagasan. Setelah reformasi harusnya kualitas demokrasi kita semakin baik. Namun karena hoax, menjadi semakin menurun," ujar Guntur Romli.
Melalui hoax, politik identitas yang bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) bisa disisipkan mempengaruhi opini publik. Hal ini tentunya merusak hasil dari demokrasi, termasuk pemilu. Dengan hoax, pemimpin yang berkualitas berpotensi tidak dipilih ketika ajang kontestasi.
"Selain berbahaya, hal ini dipandang sebagai kemunduran. Padahal konsep politik modern itu memilih pemimpin berdasarkan meritokrasi," ucap Guntur Romli.
Dia pun mengajak seluruh pihak memerangi hoax karena merusak demokrasi yang telah dibangun. Caranya dengan memberikan pencerahan ke masyarakat, terlebih oleh orang-orang yang mampu membedakan hoax tidaknya suatu informasi.
"Apa kita biarkan hoax merusak demokrasi? Atau kita memberikan alternatif-alternatif. Bagi saya kita harus memberikan pencerdasan politik ke masyarakat. Anda boleh kritik lawan, tapi jangan fitnah. Harus menyampaikan sesuatu berdasarkan kenyataannya yang ada," tandas politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini.
Selain diskusi, turut digelar deklarasi pemilu damai oleh IDN. Mereka berkomitmen menjaga pelaksanaan Pemilu 2019 yang aman, jujur dan adil. Perwakilan IDN, Abdal mengatakan, pihaknya siap menjadi garda depan melawan hoax dengan upaya preventif.
[rus]
BERITA TERKAIT: