Dosen Universitas Pertahanan Kusnanto Anggoro menjelaskan meski belum memaparkan visi misi, pernyataan kedua paslon bisa menjadi pintu masuk arah kebijakan luar negeri yang akan diambil.
Seperti kubu Prabowo-Sandi yang lebih banyak menggungkan diksi mempercepat, meningkatkan.
Menurutnya lebih dari 87 persen diksi yang dilontarkan Prabowo-Sandi merupakan semangat restorasi serta lebih banyak menyampaikan kata-kata mengembalikan kekayaan Indonesia. Sementara itu Jokowi-Maruf lebih banyak menggunakan melanjutkan dan mengembangkan.
"Jokowi-Ma'ruf mau tidak mau melanjutkan apa yang sudah dilakukan, tidak ada pilhan lain. Sebaliknya Prabowo-Sandi, mau enggak mau menjadikan sesuatu yang baru. Sebab kalau melanjutkan tidak bagus ya, harus ada sesuatu yang baru," ujarnya dalam diskusi "Arah Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan Indonesia 2019-2024: Menimbang Ide dan Gagasan Pasangan Capres-Cawapres" di Jakarta, Rabu (21/11).
Namun demikian Kusnanto memprediksi tidak ada yang berubah dari kebijakan politik internasional dari kedua paslon.
Ia juga menilai akan sulit mengharapkan perubahan drastis hubungan internasional Indonesia dalam lima tahun ke depan, sebab para pemimpin dunia masih dijabat orang yang sama.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping diperkirakan masih akan melakukan perang dagang. Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin baru saja mempanjang masa jabatan presiden menjadi enam tahun.
"Konstelasi internasional masih sama hingga 2024," ujarnya.
[nes]
BERITA TERKAIT: