Umumkan Eks Napi Jadi Caleg Lebih Berbahaya Dan Sensitif

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Rabu, 04 Juli 2018, 22:20 WIB
Umumkan Eks Napi Jadi Caleg Lebih Berbahaya Dan Sensitif
Foto/Net
rmol news logo Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) 20/2018 soal pelarangan mantan narapidana korupsi maju calon legislatif jelas berbenturan dengan UU 7/2017 tentang Pemilu.

"Ketentuannya di UU Pemilu itu sudah jelas bahwa mantan napi yang sudah melaksanakan kewajibannya (penahanan) memang dia boleh nyaleg," kata anggota Komisi II DPR Firman Soebagyo di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (4/7).

Hanya saja, kata Firman, pasal 240 ayat 1 (G) UU Pemilu menjelaskan untuk pidana di atas lima tahun maka peserta pemilu wajib mengumumkan kepada publik.

"Memang wajib mengumumkan, dan itu memang lebih bahaya kalau seandainya mereka (mantan napi) diumumkan secara masal ke publik," jelasnya.

Dampak itu, kata anggota Fraksi Partai Golkar ini, tidak hanya berpengaruh pada personal calon. Tetapi juga kepada partai politik pengusung karena akan menjadi penilaian buruk masyarakat.

"Itu orang melotot, wah ini sarannya partai ini masih (mengusung mantan koruptor). Kan masalah korupsi sensitifitasnya tinggi daripada tindak pidana seksual," tukasnya. [fiq]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA