Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud, Ari Santoso, mengatakan, pihaknya kaget setelah terjadi kontroversi luar biasa terkait full day school. Sayangnya, pemahaman masyarakat mengenai pasal per pasal dari Permendikbud belum tuntas.
Hal itu dikatakannya dalam diskusi "Ribut-ribut Full Day School" di Cikini, Jakarta, Sabtu (17/6).
"Di bawahnya ada teknis berupa juknis, itu yang belum didalami masyarakat. Seakan anak-anak disandera, padahal di Permen itu tidak ada satupun kata full day, yang ada hanyalah penguatan pendidikan karakter," tegasnya.
Menurut Ari, penguatan pendidikan karakter tak wajib menambah mata pelajaran. Apalagi, materi pelajaran dalam dunia pendidikan di Indonesia sudah sangat banyak.
"Beban terlalu banyak, anak-anak kurang happy dalam belajar. Saya yakin niat Kemendikbud bukan menambah intrakurikuler, tapi menambah anak-anak untuk bermain. Jadi bukan di dalam jam pelajaran," jelasnya.
"Ini bukan menambah jam. Kalau tambah jam itu berarti seluruh kegiatan berada di sekolah. Padahal di Permen itu boleh digelar di luar sekolah. Jangan ada anggapan delapan jam dihabiskan di sekolah," tambah Ari.
Ayat 1 Pasal 2 Permendikbud 23/2017 mengatur, hari sekolah dilaksanakan delapan jam dalam satu hari atau 40 jam selama lima hari dalam satu minggu.
Ayat 2 berbunyi, ketentuan delapan jam dalam satu hari atau 40 jam selama lima hari dalam satu minggu sebagaimana dimaksud pada ayat 1, termasuk waktu istirahat selama 0,5 jam dalam satu hari atau 2,5 jam selama lima hari dalam satu minggu.
[ald]