Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kata Pemuda Muhammadiyah, Tawuran Harus Dicegah Dari Hulu

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Senin, 13 Maret 2017, 13:35 WIB
Kata Pemuda Muhammadiyah, Tawuran Harus Dicegah Dari Hulu
Tawuran/Net
rmol news logo Pemuda Muhammadiyah ikut berduka dan menyesalkan tawuran yang terjadi di Bekasi akhir pekan kemarin.

Karena tawuran yang berlangsung di dua tempat itu menyebabkan dua pelajar meninggal dunia. Yaitu, Edi Gilang Febriyanto, pelajar kelas 1 SMK Bina Insan Kamil (SMK BIK) dan Oliver Vito pelajar kelas 2 SMPN 41 Bekasi.

Belum lama ini seorang pelajar Ahmad Andika Baskara juga tewas dalam aksi dalam tawuran antar pelajar di Flyover Pasar Rebo, Ciracas, Jakarta Timur.

Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Jasra Putra mengingatkan bahwa fenomena tawuran ini harus dilihat dari berbagai aspek baik sisi psikoligis, budaya, ekonomi, politik, dan lingkungan.

"Pandangan ini perlu disampaikan agar negara dan lembaga lain melihat persoalan ini secara utuh, dan tidak saling menyalahkan dan bahkan lempar tanggung jawab dalam  melihat rantaian kekerasan yang dilakukan baik di lingkungan pendidikan maupun tempat lainnya," jelas Jasra dalam keterangan tertulisnya kepada redaksi, Senin (13/3).

Jasra menyatakan demikian karena anak kerap kali jadi korban dari tontonan dan tuntunan orang dewasa. Maka dari itu, dia berharap mulai dari orang tua, guru, masyarakat, pejabat, dan peran apapun yang diemban harus memberikan tauladan yang baik kepada anak.

Selain itu, anak juga menjadi korban dari kebisingan publik yang terjadi dalam dunia maya dan dunia nyata.

Untuk menjawab kebisingan ini, anak harus didampingi oleh orang tua, guru, dan masyarakat untuk mengetahui dan memahami secara utuh peristiwa demi peristiwa yang disaksikan dan dialami.

"Data menunjukkan 70 persen anak muda Indonesia ada dan aktif dalam dunia maya," jelas Koordinator Nasional Gerakan Ayah Hebat ini.

Tak hanya itu, masih kata Jasra, anak juga acapkali jadi korban dari sistem sekolah yang belum ramah terhadap anak.

"Untuk itu, sejatinya sekolah sebagai sistem terbuka harus dipahami sebagai miniatur masyarakat kecil yang merefleksikan kehidupan yang sebenarnya. Karena itu kepala sekolah dan guru harus bekerjasama dengan baik untuk mencapai tujuan pendidikan yakni menjadikan anak yang berkarakter baik," ungkap kandidat doktor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini.

Lebih lanjut, Jasra mengingatkan lagi kepada semua stakeholders untuk berbenah dan bekerjasama dalam menyelesaikan persoalan hulu kekerasan tersebut.

Di antaranya belum hadirnya keharmonisan keluarga Indonesia, minimnya ketauladanan pendidik dan tenaga kependidikan  dan lebih luas pejabat negara yang belum memberikan tontonan publik yg mendidik bagi anak Indonesia "bising politik".

"Kita berharap kedepan tawuran tidak terjadi lagi dan semua stakeholders harus berbenah dan bekerjasama untuk menyelesaikan persoalan hulu kekerasan tersebut," tandasnya. [ian]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA