Ini Akibatnya Kalau Berani Sentuh Kasus Orang Istana

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Jumat, 04 September 2015, 12:04 WIB
ilustrasi/net
rmol news logo Bau kepentingan bisnis di balik pencopotan Komjen Pol Budi Waseso dari jabatan Kepala Bareskrim Polri makin menyengat.

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana) Samuel F. Silaen, mengatakan hal itu menanggapi pertukaran posisi antara Komjen Pol Budi Waseso alias Buwas dengan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol Anang Iskandar.

Ia memandang janggal mutasi dilakukan saat Bareskrim Mabes Polri tengah gencar mengusut sejumlah skanda korupsi di Pelindo II, PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), hingga Pertamina Foundation. Indikasi intervensi lingkungan Istana adalah Kapolri yang tidak berani membela anak buahnya.

"Ya, ini sangat bermuatan politis dan mutasi Buwas ini bukan mutasi biasa tapi kejadian luar biasa, akibat dari penanganan sebuah perkara yang aliran kasus-kasusnya sampai kepada lini kekuasaan," terang Samuel, Jumat (4/9).

Ditegaskannya, Buwas adalah korban kekuatan dan kekekuasaan pusat-pusat bisnis. Yang sangat disayangkan Ketua Bidang DPP KNPI ini,  tidak ada pembelaan dari institusi Polri terhadap Buwas.

"Semakin kuat indikasi bahwa Buwas korban dari penanganan kasus dugaan korupsi di Pelindo II, RJ Lino dan yang terbaru Pertamina Foundation dengan indikasi korupsi ratusan milliar rupiah,” ucapnya.

"Kita lihat kinerja Kabareakrim yang baru, apakah akan menindaklanjuti atau malah akan mengaburkan kasus. Kalau mengaburkan, berarti lebih buruk dari Buwas," pungkas Ketua Umum Generasi Muda Republik Indonesia ini. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA