Pengamat politik, Asep Warlan Yusuf, menyebut, dalam isu reshuffle ini Jokowi masih besar kepentingan dan pengaruh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, dan wakilnya sendiri, Jusuf Kalla.
"Kepentingannya masih Bu Mega dan JK, ditambah beberapa tokoh dari Koalisi Indonesia Hebat dan beberapa dari di Koalisi Merah Putih. Memang PAN sudah mulai buka jalur, tapi Demokrat masih belum masuk terlalu dalam isu itu," terang Asep dalam keterangannya kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (4/7).
Menurut dia, hubungan SBY dan Jokowi merenggang setelah beberapa menteri Kabinet Kerja menutupi ketidakmampuannya bekerja dengan melempar kesalahan ke pemerintahan masa lalu.
"SBY itu kecewa dengan orang-orang Jokowi. Seolah kegagalan sekarang dilimpahkan ke yang kemarin. Contoh kasus, tuduhan Menteri ESDM Sudirman Said," ungkapnya.
Dia yakin, Demokrat tidak akan seaktif PAN, PPP dan Golkar yang terus mencoba masuk kabinet. Lagipula, tambah dia, posisi Demokrat sebagai "penyeimbang" antara oposisi dan pemerintah sudah paling tepat. Hal ini juga bisa jadi modal kemenangan partai binaan SBY itu di Pemilu dan Pilpres 2019.
"Biarlah jadi penyeimbang, kelihatannya memang itu prinsipil dan posisi yang jelas. Tidak ke sini dan ke sana. Tapi yang bagus dia dukung dan yang jelek dia kritik habis-habisan. Itu lebih baik buat Demokrat dan modalnya di 2019," kata Asep.
"Pengalaman SBY sepuluh tahun jadi presiden itu bagus dan dia pasti tahu persis bagaimana jadi penyeimbang," pungkas Asep.
[ald]
BERITA TERKAIT: