"Mendagri ambil langkah keliru, soal permintaannya agar TNI Angkatan Laut (Marinir) menengah kejadian Batam. Ini imbauan berbahaya," ujar Andi Arief dalam perbincangannya dengan redaksi, Kamis (20/11).
Tadi malam, Tjahjo Kumolo meminta Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Marsetio berperan menjembatani bentrok yang terjadi antara anggota TNI-Polda di Batam, Kepulauan Riau (Rabu, 19/11). Menurut Tjahjo, pasukan Marinir yang keberadaanya di Batam masih baru bisa dikerahkan sebagai penengah. "Kalau perlu turunkan pasukan Marinir sebagai pihak yang netral, ikut sebagai penengah. Saya meminta atensi KSAL untuk hal ini yang tembusannya kami sampaikan ke Menkopolhukam, Panglima TNI dan Kapolri," ujarnya.
Pernyataan dan langkah Mendagri tersebut menurut Andi Arief jelas keliru. Jelas dia, TNI AD dan Kepolisian adalah bagian sistem kamtibnas dan keamanan negara.
"Seolah komando militer ada di Mendagri. Presiden Jokowi harap menegur keras Mendagri. Mungkin Mendagri masih terbiasa konflik internal satgas partai (PDIP)," ungkapnya.
Terakhir, Andi Arief berharap bentrokan oknum TNI-Polri di Batam tadi malam adalah bentrok yang terakhir di tanah air. Ia pun berharap keadaan Batam kebali normal seperti semula.
"Kita berharap keadaan di Batam kembali normal. Dan penyelesaiannya kita harapkan sesuai aturan yang ada," tandas Andi Arief.
[rus]
BERITA TERKAIT: