Arbi Sanit: Mega-Jokowi Pilihan Baik untuk PDIP dan Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Selasa, 13 Agustus 2013, 13:19 WIB
Arbi Sanit: Mega-Jokowi Pilihan Baik untuk PDIP dan Indonesia
mega-jokowi/net
rmol news logo Dua persyaratan pokok untuk bisa menjadi pemimpin negara, yaitu rekam jejak dalam melakukan tugas kenegaraan dan memiliki popularitas.

Sosok Joko Widodo memang sudah punya popularitas. Tapi track record dalam tugas negara masih belum menonjol. Mungkin Jokowi punya prestasi saat menjabat Walikota Solo, dan di Jakarta ini sedang sibuk menertibkan Tanah Abang. Tapi Jokowi diingatkan, persoalan yang ada di republik ini jauh lebih besar dari itu.

Pengamat politik senior, Arbi Sanit, menegaskan kesepakatannya dengan pernyataan mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Pekan lalu di sela silaturahmi Idul Fitri di rumahnya, Kalla menegaskan, Jokowi bukan butuh waktu untuk maju ke pencapresan melainkan lebih membutuhkan pembuktian atau prestasi yang ditunjukkan kepada rakyat.

"Persoalan Indonesia jauh lebih banyak dari masalah di Solo dan Jakarta. Tapi kita lihatlah kinerja dia di Jakarta ini. Apakah dalam waktu tidak sampai satu tahun ini dia bisa setidaknya selesaikan 50 persen atau 60 persen dari seluruh masalah di ibukota?" terang Arbi Sanit kepada Rakyat Merdeka Online, Selasa (13/8).

"Kita lihat saja nanti apakah jalan layang non tol itu terbangun? Jalan kereta api bawah tanah terbangun? Monorel terbangun? Kalau itu semua kelihatan fisiknya jelang pemilu 2014, rakyat Indonesia bisa mendapat harapan dari Jokowi," tambahnya.

Mengenai PDI Perjuangan yang sampai saat ini lebih banyak diam melihat geliat wacana pencapresan Jokowi, Arbi Sanit bisa memahaminya. Menurut dia, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sedang bingung.

"PDIP sedang bingung. Dia sudah bersikukuh sejak lama akan mencalonkan Megawati. Tapi tiba-tiba Jokowi sebagai orang baru dalam kepemimpinan tingkat lokal dan masuk nasional langsung melejit," ucap Arbi.

Pertanyaannya, jika Jokowi dimajukan lalu Megawati dikemanakan? Apakah mungkin mereka yang fanatik Soekarno itu mau menerima Jokowi?

"Kalau saya komprominya begini, kenapa tidak Mega dipasangkan dengan Jokowi? Mega capres dan Jokowi cawapres, tapi dengan jaminan Mega lima tahun saja karena sudah begitu tua dan kesehatannya bisa terganggu," urai Arbi.

"Pada lima tahun berikutnya dia siapkan jokowi untuk jadi capres dan pendampingnya adalah keturunan Soekarno yang lain atau pengurus senior seperti Tjahjo Kumolo. Itu adalah skenario bagus untuk RI dan PDIP," tutur lagi.

Terlepas dari itu, lagi menurut Arbi, PDIP saat ini bingung bagaimana membalik pendapat publik loyalis PDIP yang sangat fanatik pada keturunan Soekarno.

"Saya rasa orang PDIP belum cukup rasional. PDIP itu masalahnya adalah irasional yaitu kefanatikan pada orang ajaran dan figur yang identik dengan Soekarno. Politik PDIP adalah politik kharismatik. Jadi, kalau mau bagus untuk partai dan bangsa ini, Mega-Jokowi adalah pilihan yang baik," tandasnya. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA