Sayangnya, dari Sekarang Sudah Kelihatan Upaya Manipulasi Politik Demokrat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Selasa, 13 Agustus 2013, 12:20 WIB
Sayangnya, dari Sekarang Sudah Kelihatan Upaya Manipulasi Politik Demokrat
foto: net
rmol news logo Benarkah skenario konvensi Partai Demokrat itu hanya manipulasi politik untuk memulihkan citra partai yang terperosok dalam akibat wabah korupsi di tubuhnya? Ataukah, konvensi Demokrat merupakan bentuk kemajuan dalam praktik demokrasi partai politik, yang pada akhirnya bukan hanya menguntungkan Demokrat tetapi juga bangsa Indonesia?

Pengamat politik gaek, Arbi Sanit, menerangkan, sebenarnya ada dua sisi yang bisa dilihat dari konvensi. Sisi negatif yaitu manipulasi politik untuk tingkatkan citra Demokrat yang merosot amat tajam. Tapi ada sisi positifnya yang membangun perekrutan kepemimpinan nasional, mencari orang yang berambisi menjadi presiden secara lebih kompetitif dan terbuka.

"Mana yang jadi kenyataan dari kedua fungsi itu tergantung prosesnya. Apakah demokratisasi  berjalan baik, keterbukaan berlangsung dan kompetisi efektif? Kalau ada kompetisi dan keterbukaan maka aspek positif lebih terjamin. Tapi kalau mengacu pada aturan konvensi yang menyebut peran final ada pada Majelis Tinggi Partai Demokrat, dari sekarang sudah kelihatan manipulasinya," terang Arbi Sanit kepada Rakyat Merdeka Online, Selasa (13/8).

Sekretaris Dewan Pembina DPP Partai Demokrat, Jero Wacik, pernah menyatakan bahwa pilihan akhir itu nantinya akan diajukan kepada majelis tinggi partai. Berdasarkan AD/ ART Partai Demokrat, majelis tinggilah yang berhak menentukan siapa capres dan cawapres yang akan diajukan.

Sejak beberapa bulan lampau, Arbi sudah mengingatkan, konvensi Demokrat jangan sampai hanya untuk mendapat keuntungan partai tanpa memberi kontribusi pada pembangunan leadership nasional. Menurut dia juga, kalau Demokrat serius melakukan konvensi seharusnya sebelum konvensi digelar Demokrat lebih dulu menggelar koalisi dengan parpol lain. Kalau hal tersebut dilakukan, maka keseriusan Demokrat melakukan perbaikan proses demokrasi partai akan terlihat lebih serius.

"Saya kira Demokrat mengindar dari kesulitan, hanya mau cari gampang. Karena itu dia gelar konvensi sendiri lalu rekrut orang-orang non-Partai Demokrat. Padahal, masih belum tentu dia bisa mencapai syarat 20 persen kursi DPR," terangnya.  

Lebih jauh lagi, bila nantinya Demokrat bisa mengajukan capres sendiri dan memenangkan Pemilihan 2014, Demokrat tak mengubah posisi sekarang di mana presiden menang 60 persen tapi terlihat loyo di DPR. Koalisi Sekretariat Gabungan yang dibangun Demokrat saat ini begitu rapuh.

Saat ini memang belum ada riset yang khusus menghitung elektabilitas Partai Demokrat setelah isu konvensi merebak. Namun, Arbi tetap menduga isu konvensi mumpuni menaikkan citra. Perekrutan calon pemimpin lewat konvensi sudah memperlebar kemungkinan mendapat pemimpin nasional yang lebih baik. Dia harus akui bahwa Demokrat satu langkah maju daripada partai lain.

"Kini kita menunggu bagaimana proses konvensi berjalan. Kita menunggu siapa calon presiden yang dihasilkan. Kalau bertolak belakang dengan harapan rakyat maka itu tidak akan membawa kebaikan bagi Demokrat maupun bagi bangsa Indonesia," lontar Arbi.  [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA