Dasar atau falsafah negara ini mempunyai kekuatan mumpuni dalam mempertahankan kemerdekaan yang direbut sejak 1945 serta dalam menghadapi tantangan kehidupan global ke depan.
Bung Karno sendiri yang pernah menegaskan, dirinya bukanlah pencipta atau pembuat Pancasila. Yang ia kerjakan sekadar memformulasi perasaan-perasaan yang ada di dalam kalangan rakyat dengan beberapa kata-kata, yang dinamakan "Pancasila".
Hal tersebut ditegaskan kembali oleh aktivis reformasi 98, Satyo Purwanto alias Komeng, dalam diskusi bertema "Kembali Ke Pancasila Untuk Keselamatan Bangsa dan Negara" yang diselenggarakan di Universitas Mercu Buana, Jakarta Barat, Jumat (31/5).
"Sudah final bahwa Pancasila adalah dasar dan falsafah negara Indonesia sehingga upaya menggantikan Pancasila sebagai dasar negara harus dilawan. Kesalahan fatal pemerintah SBY adalah meninggalkan Pancasila dan menggantinya dengan paham neoliberal," ucap aktivis muda ini.
Dia juga menjabarkan pidato Bung Karno yang berjudul "To Build the World A New World" pada 30 September 1960 di depan sidang Umum PBB. Pidato itu menegaskan, Pancasila atau Lima Sendi Negara bukan berpangkal pada Manifesto Komunis ataupun Declaration of Independence. Pancasila sudah ada sejak berabad-abad dalam bangsa Indonesia. Dan Soekarno berani menawarkan kepada dunia konsepsi berbangsa yang mengglobal tersebut.
Menurut Komeng, realitas saat ini adalah terjadi kerusakan di tiap sendi kehidupan berbangsa. Kerusakan tersebut sangat mengancam eksistensi kemerdekaan Indonesia. Contoh paling konkret adalah fakta sebagian besar sumber daya alam dikuasai oleh asing.
"Kekayaan alam bumi Indonesia tidak dinikmati seluruh rakyat. Inilah yang menjadi keprihatinan kita bersama," tandas Komeng sambil mengajak semua komponen bangsa untuk mempelajari , menghayati dan mengamalkan Pancasila sebagai ideologi negara.
[ald]
BERITA TERKAIT: