Pantauan
RMOL di lokasi, turnamen diikuti sejumlah aktivis kenamaan nasional sejak pagi hari tadi. Beberapa di antara yang hadir adalah Aktivis Reformasi Hariman Siregar; Ketua Majelis Prodem, Iwan Sumule.
Kemudian ada Pendiri Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle, Syahganda Nainggolan; Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Teguh Santosa; aktivis senior sekaligus Presiden Komunitas Pecinta Catur Indonesia, Hatta Taliwang; hingga Direktur Indonesia Future Studies (Infus), Gde Siriana Yusuf.
Sistem turnamen yang diberlakukan adalah Swiss, yang berarti format turnamen non-eliminasi menampilkan jumlah putaran kompetisi tetap, tetapi jauh lebih sedikit dibanding turnamen
round-robin.
"Bukan sistem gugur, tapi mencari poin tertinggi. Jadi antar pemain bertemu. Yang kalah diadu dengan yang kalah, yang menang diadu dengan yang menang," urai Hatta Taliwang kepada
RMOL.
Pada babak pertama Hatta, Taliwang bertemu Teguh Santosa. Keduanya bertanding selama 15 menit.
Hatta melanjutkan, turnamen tersebut melibatkan penggunaan sistem komputerisasi untuk menghitung poin para pemain, hingga nantinya ditetapkan pemenang dan membawa pulang hadiah uang tunai Rp5 juta.
"Canggih catur ini, serba komputer. Enggak ada bohongnya. Lawannya pun dia (komputer) yang atur. Yang kalah sama yang kalah. Otomatis," demikian kata Hatta Taliwang.
BERITA TERKAIT: