Final Wimbledon 2011 Bisa Terulang Di Olimpiade

Sabtu, 28 Juli 2012, 09:51 WIB
Final Wimbledon 2011 Bisa Terulang Di Olimpiade
Andy Murray

rmol news logo Ulangan final Wimbledon 2012 antara maestro tenis asal Swiss, Roger Federer dan pete­nis Inggris, Andy Murray ber­pe­luang kembali terjadi di tur­na­men tenis Olimpiade London 2012.

Dari hasil undian tunggal putra Olimpiade 2012 yang dirilis pada hari Jumat (27/7), kemarin. FedEx julukan Federer berada di posisi berbeda, sehingga kedua­nya berpeluang bertemu kembali di babak final.

Di pertandingan pertama, Mur­ray akan berhadapan dengan kompatriot Federer, Stanislas Wawrinka. Sedangkan, Federer yang menjadi unggulan pertama, akan berjumpa dengan petenis Kolumbia, Alejandro Falla.

Meski menempati unggulan ketiga, petenis tuan rumah untuk bertemu Federer di partai puncak tidak akan mudah. Soalnya, pe­tenis peringkat empat dunia ini harus melewati hadangan petenis peringkat dua dunia asal Serbia, Novak Djokovic.

Seperti diketahui, akan ada juara baru untuk Olimpiade 2012 kali ini. Pasalnya, juara bertahan dan peraih medali emas di Olimpiade Beijing, Rafael Nadal memutuskan untuk mundur dari turnamen karena cedera.

Murray tengah menghapus kekecewaannya setelah gagal men­juarai Grand Slam Wimble­don awal bulan lalu. Dia ber­te­kad membayar hutang pada para pen­dukungnya dengan meraih medali emas di Olimpiade yang berlang­sung di kandangnya sendiri.

“Saya telah bermain baik tahun ini. Jika saya bisa meng­am­bil sisi positif dari kekalahan atas Federer (di Wimbledon), saya sangat percaya diri bisa ber­buat sesuatu di Olimpiade, Amerika Terbuka, dan turnamen lainnya,” kata Murray.

Meski kemungkinan bertemu Federer di final Olimpiade cukup ter­buka. Namun, Murray m­e­nolak anggapan kalau sekarang diri­nya tengah mengincar balas den­dam kepada petenis asal Swiss itu.

“Saya tidak bicara balas den­dam kepada Federer. Lagipula untuk bertemu dengannya masih cukup jauh,” lanjut Murray.

Sementara itu, petenis Serbia, Novak Djokovic berharap me­ning­galkan London dengan mem­bawa hasil lebih baik dari­pada saat Olimpiade Beijing 2008 yang hanya merebut me­dali perunggu.

“Pada saat itu (Olimpiade Beijing), petenis yang menang di Olimpiade akan dianggap abadi dan mendapat kemenangan kekal,” kata The Djoker.

Pada Olimpiade Beijing 2008, peraih lima kali gelar “grand slam” ini terpaksa takluk di tan­gan Nadal. Lalu, Djokovic ke­mu­dian menangis bahagia, sete­lah mengalahkan petenis asal Amerika Serikat James Blake di babak play-off demi mendapat medali perunggu.

“Setiap kemenangan dan ke­kalahan menjadi pelajaran bagi se­mua atlet,” ujarnya.   [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA