"Kita akan coba juga pengembalian manuskrip-manuskrip yang ada di Inggris," ucap Fadli kepada wartawan usai pertemuan.
Politikus Gerindra itu menyatakan hingga saat ini sudah ada 170 manuskrip yang dikembalikan dalam bentuk naskah digital.
Namun, jumlah manuskrip yang dibawa Inggris kala itu jumlahnya lebih banyak.
Pemerintah, lanjut dia, saat ini terus berupaya untuk meminta kembali manuskrip-manuskrip tersebut.
"Kalau nanti ada kesempatan bertemu dengan pemerintah Inggris kita sampaikan agar artefak-artefak termasuk manuskrip yang dibawa ketika itu dari Keraton Yogyakarta itu bisa dikembalikan ke Indonesia. Karena itu merupakan hak milik dari kita dan itu bagian ketika itu kolonialisme,” tegas Fadli.
Masih kata Fadli, selain Indonesia, saat ini banyak negara yang juga berupaya memulangkan kembali artefak-artefaknya. Misalnya, Mesir yang mencoba mengambil kembali mumi dan Yunani dengan partisi dari Parthenon.
Di sisi lain, upaya memulangkan manuskrip itu bukan perkara gampang. Apalagi hingga saat ini pemerintah Inggris belum secara gamblang mau mengembalikan. Termasuk juga dengan negara lain yang menyimpan artefak milik RI.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga belum mencoba secara resmi untuk bertemu langsung dan membahas hal itu dengan pemerintah Inggris.
"Sejauh ini yang kita tahu memang belum ada dari pihak Inggris mau mengembalikan. Tapi kita sendiri kan belum mencoba secara resmi, secara formal untuk bicara juga secara langsung. Nanti kita lihat apa saja yang ada di British Museum dan yang ada di British Library," ungkapnya.
Berdasarkan data yang diperoleh, pimpinan Pemerintah Kolonial Inggris di Jawa, Thomas Stamford Raffles pada 1816 saat purnatugas membawa sekitar 200 peti seberat 30 ton berisikan data riset dan manuskrip.
BERITA TERKAIT: