Berangkat dari hal tersebut, Ketua Umum Kesatuan Pelajar Pemuda dan Mahasiswa Indonesia (KPPMPI), Hendra Wiguna berharap adanya gerakan bersama masyarakat dunia untuk menjamin keberlanjutan ekosistem pesisir dan laut.
“Momentum ini kita jadikan sebagai momentum kesadaran bersama masyarakat dunia terutama pemuda, untuk bersama-sama memulihkan dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan laut. Karena dengan demikian, wilayah penghasil pangan sekaligus ruang penghidupan nelayan tersebut akan menjamin ketersediaan pangan sehat dan bergizi tinggi bagi masyarakat dunia,” terang Hendra dalam keterangan yang diterima redaksi, Kamis, 17 Oktober 2024.
Menurut dia, memang tidak mudah untuk memastikan ekosistem pesisir dan laut tetap terjaga. Banyak tantangan, mulai dari kebijakan yang tidak berorientasi ke laut, maraknya praktik-praktik yang menjadikan laut sebagai “Tong Sampah Raksasa”, hingga faktor persaingan antar negara.
“Dengan banyaknya tantangan tersebut, maka penting pelibatan pemuda dalam memastikan Rantai Pasok Pangan dari Laut. Baik di hulu maupun di hilirnya, dalam ekosistem pangan harus ada ruang keterlibatan pemuda terutama pemuda pesisir. Mengapa demikian, karena pemuda pesisir akan lebih mudah beradaptasi dengan perkembangan zaman, sekaligus hal ini dalam rangka mengoptimalkan bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia,” bebernya.
Langkah tersebut diawali dengan memberikan pengetahuan dan peningkatan kapasitas, sehingga pemuda memiliki modal pengetahuan dan keahlian dalam keterlibatannya di rantai pasok pangan.
Hendra berharap adanya pendidikan atau pelatihan kepada pemuda pesisir agar dapat bersaing dan berperan dalam hilirisasi pangan laut.
“Pendidikan ini bisa formal maupun informal, untuk formal perlu adanya akses pendidikan gratis atau beasiswa bagi anak-anak pesisir terutama anak-anak pelaku penghasil pangan seperti anak nelayan, anak pembudidaya dan lain sebagainya. Sehingga kedepan mereka dapat mengolah dengan optimal sumber daya dan potensi yang ada di kampung halamannya,” jelas Hendra.
Selain itu, penting juga segera dilakukan upaya agar penghasilan nelayan bisa setara dengan UMR. Sehingga masih ada pemuda pesisir nantinya yang berminat menjadi seorang nelayan.
Survei Bank Dunia dan S4YE di 18 negara (2023) menemukan fakta memprihatinkan lainnya. Penghasilan generasi muda yang berprofesi sebagai nelayan dan pembudidaya ikan jauh lebih rendah dibanding orang tuanya: minus 18 persen dan minus 15 persen.
Alhasil, hanya 19,20 persen anak muda Indonesia berprofesi di lingkup perikanan, pertanian, dan perkebunan (BPS, 2023). Sebagian besar lainnya bekerja di sektor jasa dan perdagangan.
“Harapannya dengan pelibatan pemuda pesisir dalam mengurusi rantai pasok pangan laut, dapat meningkatkan pendapatan pemuda sekaligus menurunkan angka kemiskinan di pesisir,” ungkap Hendra.
Lanjut dia, dengan membenahi rantai pasok nanti secara tidak langsung akan mendorong rantai nilai produk yang jauh lebih baik. Sehingga pangan laut akan bersaing dan mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat.
“Kesemua itu akan tercapai apabila semua pemuda memiliki kesempatan yang sama, ditandai dengan mudahnya akses pemuda dalam mendapatkan pendidikan serta dukungan lainnya,” pungkas Hendra.
BERITA TERKAIT: