“Biasanya tempe dan tahu hanya dibeli selingan. Kali ini malah diborong,” ungkap seorang pedagang di Pasar Al-Mahirah Lamdingin, Banda Aceh, Maulizar, kepada
Kantor Berita RMOLAceh, Selasa (27/2).
Maulizar mengaku, tiap hari tempe dan tahu yang dijualnya selalu cepat habis. Para ibu rumah tangga, kata dia, memilih sumber protein nabati untuk mengakali mahalnya harga ikan.
Dituturkan Maulizar, masyarakat Aceh sebenarnya lebih dominan menjadikan ikan sebagai lauk pauk andalan. Sehingga, kenaikan harga ikan di pasaran banyak dikeluhkan oleh para ibi kepada penjual tempe.
“Kita harap harga ikan segera stabil, kita doakan juga cuaca menjadi lebih baik,” imbuhnya.
Sementara itu, salah seorang ibu rumah tangga di Banda Aceh, Ratna Dewi mengatakan, saat ini sejumlah bahan pokok seperti beras, bumbu dapur, bahkan ikan segar sedang meningkat drastis harganya. Oleh sebab itu, para ibu harus berpikir keras dalam meminimalkan lonjakan belanjaan.
Untuk itu, Ratna meminta masyarakat untuk mendorong pemerintah segera mengambil solusi terbaik. Sebab tidak semua warga memiliki banyak uang untuk bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga di tengah lonjakan harga-harga kebutuhan harian.
“Sekarang semua mahal, kami berharap pemerintah punya solusi untuk hal-hal seperti ini,” sebutnya.
Sebelumnya, sejumlah kebutuhan pokok di Banda Aceh meningkat drastis. Seperti harga ikan tongkol jerebok menjadi Rp15 ribu dari sebelumnya Rp8 ribu per kilogram, ikan tuna sisik Rp30 ribu dari sebelumnya Rp25 ribu per kilogram.
Hal yang sama juga terjadi pada cabai merah yang kini mencapai Rp70 ribu per kilogram.
![rmol news logo article](https://dashboard.rmol.id/assets/images/logo/10441704062019_akhir.png)
Tahu dan tempe yang dijual di Pasar Al Mahira Banda Aceh/RMOLAceh
BERITA TERKAIT: