Penggerak Swadaya Masyarakat Seksi Kerja Sama Ekonomi Dinas Pariwisata Kota Sabang, Yunita Herawati mengatakan, pihaknya sengaja menyediakan kue khas Pulau Weh guna menandakan keanekaragaman hayati pulau di ujung barat Indonesia tersebut.
“Sabang itu kaya dengan hasil bawah laut. Jadi ini menggambarkan ikan-ikan, karang lautan, aneka ikan hias, bintang laut jadi aneka ragam kekayaan bawah laut kita juga punya, selain kekayaan di darat kayak cengkeh,” kata Yunita, dikutip
Kantor Berita RMOLAceh.
Dia menjelaskan, bahwa timpan yang disuguhkan terbuat dari tepung dengan isi srikaya atau kelapa dibalut dengan daun pisang. Sedangkan kue seupet yang menjadi layar kapal, dibuat dengan cara dijepit menggunakan dua lempeng besi sambil dibakar dengan tungku arang batok kelapa.
Proses dan bahannya sederhana tapi bagi warga Aceh, kue ini sangat istimewa. Kue bhoi juga menjadi salah satu cemilan yang digemari masyarakat. Bentuknya aneka macam, namun lazim menyerupai ikan. Kue-kue kering lain yang disajikan rata-rata sudah tidak asing bagi warga Aceh.
Beragam cemilan itu sengaja ditata bak di sebuah lautan. Panitia anjungan bertema ‘The Golden Island’ yang bermakna tanah dari surga itu juga punya alasan tersendiri memilih kue-kue yang dipamerkan.
Yunita menyebut, Kota Sabang dulunya dikenal sebagai daerah perdagangan bebas. Banyak kapal dari luar negeri singgah untuk mengisi air atau melakukan perdagangan.
Di pulau seluas 122,1 kilometer persegi itu terdapat kebun merica dan cengkeh yang masyhur di luar negeri. Banyak pedagang dari negara lain melirik Sabang sebagai daerah penghasil rempah.
Rempah yang dihasilkan itu punya kaitan dengan cemilan yang disajikan. Beberapa jenis kue yang dipamerkan memang bukan khas Sabang tapi Aceh secara keseluruhan.
“Yang khas Sabang bakpia sama wajik, itu yang menandakan daripada kilometer nol yang ada di Sabang,” ujar dia.
Kue bakpia ikut ditaruh di bawah kapal tadi. Menurut Yunita, pihaknya menata kue sedemikian rupa karena mengikuti tema Jalur Rempah yang digaungkan dalam
“Sesuai tema tadi jalur rempah dan letaknya strategis tadi, maka kita buatkan kapal layar supaya mengarah dengan tema. Kapal layar ini kita isi seperti harta karunnya Sabang,” jelasnya.
“Ini peti harta karunnya Sabang. Jadi dulu kalau jalur perdagangan, kita gambarkan dari kue-kue tadi ada kembang loyang, kue bhoi, bakpia, ada bada retek,” lanjut Yunita sambil menunjukkan peti tersebut.
BERITA TERKAIT: