Meski adanya isu penyakit Lumpy Skin Dease (LSD) atau di kalangan peternak dikenal dengan penyakit lato-lato, saat ini tengah menyebar luas di tanah air.
Walaupun demikian, bagi salah seorang peternak sapi asal Kecamatan Kawalu, Nandang Suryana, usahanya tak terpengaruh dengan isu penyakit lato-lato. Bahkan penjualannya tetap tinggi.
"Alhamdulillah tahun lalu ada PMK (penyakit mulut dan kuku), sekarang meski ada isu penyakit lato-lato (LSD) tidak ada pengaruh," kata Nandang Suryana dikutip
Kantor Berita RMOLJabar, Senin (12/6).
Pengusaha sapi sekaligus politisi Partai Gerindra Kota Tasikmalaya itu mengaku, selalu menjaga kesehatan kandang. Meski di kandangnya ada sekitar 200 sapi, namun tak terasa bau.
"Ya bisa kita liat meski ada sapi 200 ekor sapi di kandang saya tidak terasa bau. Karena sangat dijaga sanitasi kandangnya," ucap mantan Ketua DPC Gerindra Kota Tasikmalaya itu.
Menurutnya, pemesanan hewan kurban kebanyakan masyarakat umum serta pengurus masjid di Kota/Kabupaten Tasikmalaya. Bahkan ada yang dari luar kota seperti Bandung, Sumedang dan Garut.
Harga hewan kurban pun bervariasi. Katanya, tergantung besar atau kecilnya hewan kurban yang akan dibeli.
"Harga jual 1 ekor sapi saat ini memang ada kenaikan sekitar 10 persen dari tahun lalu. Harga per ekor sekarang mulai Rp 20 juta hingga Rp 70 juta," terangnya.
Lebih lanjut Nandang menuturkan, tahun ini pihaknya menyetok 351 ekor sapi untuk Iduladha.
Dibandingkan tahun lalu, kata dia, ada kenaikan penjualan yang drastis. Sebab tahun lalu pasar tutup karena penyakit PMK, dan stok sapi pun terbatas.
"Sekarang pasar kembali menggeliat, Alhamdulillah. Tahun lalu sapi saya hanya terjual 185 ekor. Sekarang sudah hampir dua kali lipat," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: