Pasalnya, kemacetan di kawasan simpang Pasar Santa justru bertambah parah. Pengguna jalan yang melintasi kawasan tersebut pun mengeluh waktu tempuh mereka menjadi lebih lama.
Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta, Syafrin Liputo, mengakui pihaknya salah perhitungan dalam melakukan rekayasa lalu lintas di simpang Santa yang diberlakukan pada Jumat lalu (14/4).
Syafrin mengatakan, pihaknya semula mengubah jalur sepeda dan trotoar menjadi jalan beraspal agar kendaraan dari Jalan Kapten Tendean menuju Jalan Wolter Monginsidi memiliki ruas yang cukup.
"Ada perhitungan bahwa pembukaan jalur baru (menghilangkan pedestrian) bisa membuat jalanan lebih lancar. Sebab ada lajur khusus yang bisa digunakan kendaraan dari arah Tendean ketika mengarah ke Jalan Wolter Monginsidi," kata Syafrin yang dikutip
Kantor Berita RMOLJakarta, Rabu (19/4).
Akan tetapi, harapan anak buah Heru Budi Hartono ini justru berbanding terbalik dengan fakta di lapangan.
Akibat penghapusan trotoar dan lajur sepeda yang dibangun era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu, kemacetan di simpang Santa malah bertambah parah.
Syafrin juga mengakui adanya
crossing di Jalan Wolter Monginsidi membuat lajur yang baru saja dibuka menjadi kurang efektif.
Hal itu dibuktikan dengan adanya penumpukan kendaraan di beberapa titik di sepanjang jalan tersebut. Mulai dari
crossing di Jalan Ciranjang, Jalan Ciragil, hingga Jalan Gunawarman.
"
Crossing atau pertemuan dua jalur di Jalan Wolter Monginsidi membuat kapasitas menjadi sangat terbatas. Akhirnya tidak banyak kendaraan yang bisa ditampung meski ada pembukaan jalur baru," papar Syafrin.
Karena itulah Pemprov DKI berencana membangun kembali trotoar dan lajur sepeda di persimpangan Santa, setelah sempat dihilangkan dan diganti jalan raya.
Lajur sepeda dan trotoar itu rencananya akan kembali dibuat di sekitar Pasar Santa atau tak jauh dari lokasi pertama.
BERITA TERKAIT: